Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2015

D I A (M)

Hidup memang menyimpan banyak makna terpendam. Terkadang ada yang memang tak harus diungkapkan. Namun beberapa makna memang layak untuk diteriakkan, karena tak ada seorangpun yang bisa mendengarnya. Ketika cinta hanya terungkapkan di dalam hati seseorang. Ia diam demi perasaannya. Ia tak mampu mengungkapkan rasa cintanya. Ia terbelenggu dalam diam. Sakit. Sakit adalah ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan. Harapan untuk memiliki seringkali berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa ia harus merelakan orang yang ia cintai dengan orang lain yang bukan dirinya. Terlalu sakit untuk dikenang dan dikatakan. Menyesakkan ketika ia menyimpan perasaannya di dalam hatinya. Seolah ia mengubur rasa itu. Tak ada orang tahu kecuali dirinya. Entah sampai kapan ia akan tetap memilih diam. Mungkinkah sampai waktu habis di penghabisannya? Ya, mungkin itu hanyalah sebuah sensasi menyegarkan otak, berupa cinta dalam hati. Perasaan apa lagi yang disimpan oleh seorang macam itu? Tentu m

Tembang Kenangan

Setiap lagu punya kenangan sendiri bagi pendengarnya. Ketika lagu-lagu itu didengar, seketika berbagai kenangan akan datang berkelebat di depan mata. Baik kenangan baik atau buruk, bagaikan bumbu yang memberi rasa dalam kehidupan seseorang. Secara subjektif, aku punya beberapa lagu kenangan yang sampai sekarang jika lagu itu kuputar, semua kenangan masa lalu selalu mengikutinya. Kenangan masa muda yang tak pernah padam terhembus angin keharuan. Karena di setiap jengkal, mereka punya rindu yang menunggu untuk disampaikan. SMA, masa indah dunia remaja berbalut putih abu-abu. Putih karena kesucian ikatan tali tak terlihat bernama persahabatan. Abu-abu karena seorang anak SMA masih belajar mengenal hidup, bersiap melangkah ke kehidupan yang jauh lebih kejam. Setiap hari di kala itu selalu menyiratkan makna. Setiap canda tawa bahkan tangis yang terdengar seakan menjadikan masa SMA memang sangat berarti. Ketika pertama kali mengenal kebersamaan. Ada banyak melodi menggaung d

Takut

Ketika sekelompok anak manusia saling mengakrabkan diri. Ketika mereka terikat pada tali yang tak terlihat. Ketika mereka saling memahami satu sama lain. Pada hari-harinya yang berwarna, seolah ikatan tak terlihat itu menjadi lebih kuat. Tak peduli hujan atau terik menantang mereka, semua tak menjadi alasan meruntuhkan mereka. Justru itu semua menjadi pondasi kuat untuk memperkaya apa yang telah mereka miliki. Banyak waktu mereka lalui bersama. Susah senang semua menjadi satu. Tawa dan tangis menjadi bumbu sedap persahabatan beberapa anak itu. Ada pelangi setelah hujan. Ada maaf setelah pertengkaran. Bahagia rasanya melewati masa dengan orang-orang tersayang. Sebagaimana teorinya sebuah persahabatan yang seperti mata dan tangan. Ketika tangan terluka, mata menangis. Dan ketika mata menangis, tangan menghapus air matanya. Seakan waktu membeku, tanpa mereka sadari sebentar lagi mereka akan mengetuk pintu perpisahan. Pintu yang paling mengerikan, untukku. Pintu yang tak p

Sendiri

Jika cinta itu suci, kenapa air mata menetes karenanya? Jika cinta itu tak menuntut apapun, kenapa ada orang yang menginginkan pengorbanan dengan mengatasnamakan cinta? Jika cinta itu abadi, mengapa sepasang kekasih tak mampu mempertahankannya? Apakah cinta sesempurna itu? Ini bukan cerita tentang dua orang yang saling mencintai atau cinta segitiga antar remaja yang rumit. Ini hanyalah bualan belaka tentang cinta dari seorang anak yang merindukan kemesraannya. Hidup yang gelap membuatnya menangis sendirian. Rasa takut menceritakan isi hati pada orang lain membuatnya jatuh ke dalam jurang yang gelap dan dalam, mungkin itu yang kadang ia sebut kesendirian. Pagi hari ia terbangun dari tidur dan melihat langit-langit kamar yang berdebu. Siang hari ia tak mampu menatap kekuatan surya. Senja menjelang, ia hanya duduk terdiam di antara bebatuan dan ilalang yang hanya bergoyang diterpa angin. Di malamnya ia hanya menghabiskan waktu dalam lamunan abadinya. Kasihan sek

Potret PLTU Tanjung Jati B