Hai, apa kabar? Lama tak mendengar suaramu. Apakah senyummu masih sama meski bukan lagi tertuju padaku? Sudah adakah hati yang jatuh ke pelukanmu sembari aku masih menyiksa diri dengan luka tentang kepergianmu? Maaf, kau bukan pergi, melainkan aku yang melepasmu. Aku mengaku. Sendu. Garis tangan kita telah terhubung. Di antara kita ada jarak yang memaksaku tetap merindukanmu. Tepat di belakangku ada segudang kenangan yang siap kita jelajahi kembali. Lalu di hadapanku, jalan berkabut tetap menunggu lenteranya kuambil di arahmu. Tidakkah cukup melelahkan saat kau tahu hidup ini hanya berputar-putar dengan kau sebagai porosnya? Seperti bianglala, senang, takut, sedih, kecewa, harapan, air mata, semuanya berjalan teratur pada satu sumbu. Kamu. Malam demi malam kucoba mengalihkan pikiran. Secangkir kopi semakin menyiram luka dengan segala ketenangannya. Sedang pikiran bergelut mengibaratkan senja dengan penantian tentangmu. Meski lama tak menikmati senja, rona jingga yang menggantungi l
Call Me A Dreamer Cause With My Dream, I Can Reach The Stars