Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Mimpi Kita

Setiap pagi aku membuka mata, ingin aku melihatmu di sampingku. Menghabiskan malam berdua meski tanpa melakukan apa-apa. Menonton film, menyanyikan lagu, berpegangan tangan, tertawa, semua bersama. Mungkinkah? Rasa ini mengendap sudah. Ibarat kopi, aku telah menuangkanmu ke dalam gelas kosongku. Meminumnya sampai mengaliri denyut nadi. Dan namamu terukir sudah di setiap pori. Kamu menjadi alasan aku bangun di setiap pagi. Mimpiku bersamamu tidakkah cukup sederhana? Mengaitkan jemariku agar kau selalu terjaga dalam hangat. Berjalan beriring denganmu dan menatap ke arah yang sama. Sembari merancang angan masa depan. Rumah kita sedang kita lukis bersama. Kamu, seseorang yang membuatku ingin menghabiskan waktu berdua, merenta. Sekarang kamu bukan lagi kamuku. Segala rasa purna sudah. Cerita yang pernah rapi tertulis, kau hapus paksa. Meski telah sirna, entah apa sebabnya kau masih menjadi topik di setiap prosa. Biarlah. Mari belajar menjadi dewasa.

Kenangan yang Terpintas Lalu

Mengenalmu , mencintaimu, memilikimu adalah halaman indah yang tertulis dengan tinta warna-warni di cawan hidupku. Kamu yang baik. Kamu yang manja. Kamu yang tak hentinya membuatku tersenyum sendiri saat memandangi handphone. Satu lagi. Kamu yang mampu membuatku bungkam. Mengenangmu seperti membariskan jajaran doa yang pernah aku siapkan untuk kita di masa depan. Tak ada yang mengamini. Tiada pula yang memaksanya pergi. Hanya detikan jarum jam sebagai saksi betapa kita pernah melukis langit dengan tawa. Langit tak pernah lepas dari hujan. Begitupun cerita kita, tawa yang berakhir di antara air mata. Melihatmu kembali masih membuat dada berdebar. Senyummu masih sama. Senyum yang pernah menjadi semangatku. Mata kamu tetap seperti yang melekat di dinding memoriku. Mata yang meluluhkan segala waktuku. Bukankah amat lucu jika aku ternyata masih seperti dulu? Di saat malam begini selalu terngiang kenangan akan kamu. Bagaimana jemari kita menari saling berpautan. Secangkir coklat panas ter

Jatuh Cinta Bersamanya

Mencintai seseorang memang menyenangkan. Tiada rindu yang tak pernah bersarang setiap malamnya. Jantung berdebar setiap melihat sosok dirinya. Lalu mata ini seolah hanya terpaku padanya. Saat itu dunia benar-benar beku. Otak tak berjalan dengan semestinya. Waktu berhenti. Hanya ada aku dan dia. Senyumnya membuat hati berbunga. Matanya cukup menjadikan segalaku luruh tiba-tiba. Hanya mendengar suaranya, aku ingin melihat cermin, memastikan penampilanku luar biasa. Tapi ketika bertemu dia, cuek melanda. Sungguh, endapan sesak di dada yang istimewa. Kepada malam aku pernah bercerita tentangnya. Di antara semilir angin, rerumputan, beberapa bakau, laut, dan senja. Tiada yang lebih rapat menyimpan rahasia dibanding mereka. Tak hengkang air mata ikut andil bersama. Air mata penyesalan mengapa cinta ini terlalu kuat melekat. Bahkan untuk menghapusnya, aku harus melukai diri sendiri. Secara rahasia.