Rindu. Benar-benar rindu. Aku rindu dia. Sangat. Sayang? Cinta? Mencintainya adalah cara jatuh tersakit yang kusengaja. Menyayanginya adalah kekalahan terkelam yang ingin kulakukan terus-menerus, tiada henti. Ah lemah. Baru menulis beberapa kalimat, mata ini berkaca-kaca. Mengingat semua tentang dia. Bahagianya saat bersamanya. Meski tak melakukan apa-apa. Yang penting berdua. Rasa kecewa yang pernah hadir. Sampai saat ini belum enyah juga dari ingatan. Aku kalah di hadapannya. Dialah orang pertama yang mampu membuatku bungkam. Entah apa kehebatannya hingga ia sanggup meluluhkan ego yang bersarang keras di kepala. Senyumnya bisa meredakan amarahku yang kian memuncak. Dengannya aku belajar menjadi dewasa. Berdua bersamanya aku mengenal suka, juga duka. Sekian lama aku dan dia menjalin romansa, banyak hal memorabilia. Jika boleh mengaku, sejauh ini ia adalah cinta terbaik sepanjang masa. Hanya dia. Baru dia. Aku bersumpah, demi semesta. Hingga suatu hari aku sadar, aku bukan oran
Call Me A Dreamer Cause With My Dream, I Can Reach The Stars