Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Tak Tahu

Kata orang ini cinta Kata orang ini rindu Kata orang aku kasmaran Mungkin... Apa yang terjadi bila logika tak ada? Masihkah hati butuh logika? Apakah rasa bisa berhitung? Tidak! Saat ini naluri yang bicara Sengaja berjalan tanpa lentera agar tersesat

Atas Dirimu

Ada apa denganmu? Mengapa engkau begitu jauh? Apa gerangan salah diriku? Saat kedua bola mata itu menari Ada bagian diriku bergetar Saat jemarimu tergelincir satu persatu di sela-sela jemariku Ada bagian diriku membatu Cukup! Terima kasih pada dirimu yang pernah menjadi diriku Atas megah cumbu masa lalu Bibir lembutmu tak kan mengelupas Hingga telunjuk malaikat mengarah padamu Aku Masih berjalan berlentera kematian

Semester Dua Digit

Tidak ada yang abadi. Kupikir itu salah. Setiap kenangan dapat diabadikan dengan berbagai cara. Walaupun di waktu tua nanti kita sudah tak bisa mengingat tentang apa itu, akan ada saatnya foto berbicara. Salah satu cara membingkai kenangan adalah dengan foto. Abadi. Satu foto bisa menyimpan banyak memori. Tawa, canda, tangis, haru, semuanya. Semester Dua Digit. Judul itu sudah lama terngiang di kepalaku. Apakah aku menunggu judul itu tertulis di salah satu file laptopku? Kok rasanya aku menantikan tingkat semester tua itu. Angkatan 2010, semester 10, semoga kami bisa lulus tahun 2015 ini di bulan 10. Aamiin. Entah sudah berapa banyak cerita yang menunggu diceritakan kelak. Halaman blog ini terlalu lemah untuk menampung gema ceritanya. Selalu, ada yang terbaik di antara segala hal. Tidak pasti yang terbaik hanya satu, tapi bisa lebih dari satu. Jika semua hal bisa menjadi yang terbaik, kenapa tidak? Ini cerita kami. Selamat menikmati kebersamaan kami. Kebersamaan se

Tanpa Tanda

Pernah aku katakan ‘aku mencintaimu’ di kala malam masih menggantungi atap dunia. Saat itu taburan kembang api menjelma warna-warni mengalahkan bintang. Kemerlapnya indah, seperti perasaanku yang sebentar lagi meledak. Bahkan bintang-bintang di langit itu terlihat lebih kecil daripada biasanya. Apa karena kembang api yang begitu dekat dengan kita? Atau karena mataku mulai buta oleh perasaan yang semakin tak menentu? Malam tahun baru 2015 itu kuhabiskan dengannya. Sengaja kupilih tempat di atas bukit agar ia dan aku bisa melihat keheningan gemerlap kembang api. Di sinilah aku juga ingin mengatakan sesuatu padanya. Perasaan yang sudah lama mengendap dalam lubuh hati. Sakit yang tak tertahankan. Waktu menunjukkan pukul 23.30. Lama sekali rasanya. Hal apa lagi yang harus kukatakan untuk membuka percakapan dengannya? Saat ini aku benar-benar tak mampu lagi berkata-kata. Sejenak, sambil menikmati sepoi angin, kupandang pekat wajahnya. Rambutnya indah tersapu angin. Matanya sedik

Name

Rahasia Rasa

Aku menuliskanmu ke dalam bahasa kalbu Bahasa yang tak sesederhana aku mencintaimu Kekuatan cinta lebih agung dari itu Aku mengenangmu dalam balutan warna jingga Pada pelupuk mata tak tampak keraguan Meski berujung luka perpisahan Aku merelakanmu bagai embun Lepas begitu saja tanpa menyapa matahari Tak peduli bening cinta kepadanya Aku, sebuah rahasia rasa Terendap jauh di lubuk jiwa Hanya dengan luka aku bercengkerama

Hati yang Menunggu

Ketika cinta datang tanpa permisi, ketika satu senyuman dibalas dengan senyuman lain, mendatangkan sebuah makna. Rindu tiba usai mata terbalas tatapannya. Begitulah hati mulai merasakan arti kebersamaan. Hati mulai menginginkan bertemu, bercerita tentang kehidupan masing-masing, tentang apa yang disukai dan dibenci, tentang luka dan bahagia. Masa lalu terkadang menjadi topik yang tak mengenakkan. Ketika bercerita tentang luka yang mungkin masih menganga. Entah hati bisa menjadi obatnya atau justru akan membuat luka itu semakin terbuka. Hingga mati menghampiri hatinya. Sampai malam tiba, bayangan tentang dirinya semakin jelas muncul di depan mata. Ingin mengusiknya, namun mata tak sanggup kehilangannya. Hati mulai jujur pada tuannya. Ia merindunya. Atau cinta. ‘Selamat pagi’, ‘Selamat siang’, ‘Selamat malam’, sapaan setiap ingin memulai. Walau tak tahu apa lagi yang harus diceritakan, seolah mulut tak mau berhenti bercakap, dan tangan tak henti mengetik pesan untuknya. Mula

Patah Hati

Kau, apa kabar hatimu? Masih lelah? Sejenak bersandarlah. Kau, apa kabar dirimu? Masih mengingatku? Tak perlu. Kau, apa kabar hidupmu? Masih sendiri? Kurasa tidak. Kau, tak menanyakanku? Kau tak menanyakan hati, diri, dan hidupku? Tak usah. Bahkan kenangan-kenangan dulu sudah membeku. Sempat aku bertanya sampai kapan kita diam begini. Biar saja tak ada jawaban. Aku tak ingin ada jawaban. Aku tak ingin mendengar kau sudah dengannya. Patah hati.

Nanti

Sering aku terbuai kala senja Melepasmu hingga titik jemu Merindumu dan bermimpi tentangmu Senja mengajarku arti merindu Sampai detik mata terpejam, kusebut namamu Sampai mata tak sanggup lagi terbuka Sampai saat itulah aku tak kan lagi berharap

Pra Wisuda

Wisuda menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Termasuk aku. Entah sudah berapa kali aku melewatkan wisuda. Berbagai alasan timbul. Mulai dari skripsi yang belum selesai sampai terpaksa ngeles belum ada pendamping wisuda. Alasan utamanya tetap bertumpu pada skripsi yang tak kunjung usai. Buat para mahasiswa semester dua digit, semangat ya. Skripsi bukan jalan satu-satunya menuju sukses. Ada hal yang lebih berharga dari rumitnya skripsi. Bukan hanya lembaran-lembaran skripsi yang harus kita pikirkan seribu kali. Karena di kehidupan nyata nanti, ada jutaan lembaran kosong yang siap kita tuliskan kisah. Salam semester dua digit!!

Sesal

Engkau masih menjadi tema untuk setiap rangkaian kata yang kutulis Engkau masih menjadi isi untuk hatiku yang kosong Engkau masih menjadi udara yang selalu aku hirup Sayang, engkau bukan lagi engkau yang dulu

Pinta

Langit malam memang menggiurkan untuk dipandang Bak lentera tanpa pemiliknya Kukayuhkan sampan tanpa nahkoda Menyelinap di balik riak samudera Menyibak kemelut badai durjana Untuk apa aku memburu senja? Demi melukis tiap sisi wajahmu pada mega Agar mereka saling mengangkasa Dan kutitipkan sebuah salam bahagia Teruntuk kekasih tercinta Sudikah engkau nikmati jingga bersama hati yang merana?

Kisah di Balik Senja

Sebuah cerita untuk langit jingga. Entah pada senja atau paginya. Tentang hati yang membenam sakitnya rindu hingga hati yang rapuh karena sebuah perpisahan. Tentang cinta yang tak terungkapkan. Jeritan hati yang belum pernah terdengar. Bagai suara menggema di dalam menara, ia sendirian, tak terdengar. Seorang anak yang sedang mencari kesungguhan dalam arti cinta. Bukan tentang seberapa ia mendapat cinta dari orang yang sempat singgah, melainkan arti sebuah komitmen untuk berjalan beriringan. Memaknai kehidupan tak semudah mendapatkan kehidupan. Katanya. Sayup terlihat matanya mengisyaratkan ingin memiliki. Hatinya bergejolak tak menentu. Bergetar semesta tak kuasa menahan gemanya. Cinta begitu besar hingga hari ini. Belum terungkap. Seperti senja yang membenamkan matahari, haru. Senja yang mengajarkan arti menunggu dan merindu. Sakit terisak ketika jingga menjelma dalam senja. Begitulah cinta yang terbenam entah berapa lama dalam hati. Hatinya merapuh. Ingin berteriak namu

Kepada Hati

Bahkan di antara kerinduan yang berselam, masih ada kata terpendam belum kau simpan. Hati ini masih menguburnya dalam-dalam. Seolah tak tahu bagaimana mencinta, ia tak ingin begitu saja mengungkapkannya. Relung hati mampu menahan gema menyakitkan itu demi perasaan terhadap apa yang ia cinta. Tidakkah kau mengerti betapa sakit ia terluka? Apa kau tak pernah mendengarnya menangis menderu? Ya, ia terluka. Luka tak berdarah. Ia menangis. Air mata yang tak berupa air dan tak keluar dari mata. Nyanyian surga yang tak kau rindukan. Melodi keagungan semesta yang tak kau sadari. Eksotisme indrawi yang hanya orang-orang tertentu mampu menikmatinya. Haruskah alam memberi firasat tentang itu? Kurasa tidak. Hatimu akan tahu siapa yang telah mencuri kuncinya. Teruntuk engkau yang diam-diam merindu. Teruntuk engkau yang mencintai seseorang tanpa tahu hatinya untuk siapa. Teruntuk semua manusia penjelma malam. Dan teruntuk hati seseorang yang sedang bicara tanpa ada yang mendengar. Apa ka

#ForYou

Project berikutnya, #ForYou. Dari beberapa project saya sebelumnya, mungkin #ForYou adalah yang paling entah. Entah untuk siapa, apa dan bagaimana. #ForYou bukan hanya tentang cinta tapi juga tentang sahabat, kawan dan segalanya. Tidak ada alasan kenapa saya memilih #ForYou. Yang pasti, semoga kali ini tidak gagal seperti yang kemarin. Selamat berproses!

Sing The Laugh