Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Name

Rahasia Rasa

Aku menuliskanmu ke dalam bahasa kalbu Bahasa yang tak sesederhana aku mencintaimu Kekuatan cinta lebih agung dari itu Aku mengenangmu dalam balutan warna jingga Pada pelupuk mata tak tampak keraguan Meski berujung luka perpisahan Aku merelakanmu bagai embun Lepas begitu saja tanpa menyapa matahari Tak peduli bening cinta kepadanya Aku, sebuah rahasia rasa Terendap jauh di lubuk jiwa Hanya dengan luka aku bercengkerama

Hati yang Menunggu

Ketika cinta datang tanpa permisi, ketika satu senyuman dibalas dengan senyuman lain, mendatangkan sebuah makna. Rindu tiba usai mata terbalas tatapannya. Begitulah hati mulai merasakan arti kebersamaan. Hati mulai menginginkan bertemu, bercerita tentang kehidupan masing-masing, tentang apa yang disukai dan dibenci, tentang luka dan bahagia. Masa lalu terkadang menjadi topik yang tak mengenakkan. Ketika bercerita tentang luka yang mungkin masih menganga. Entah hati bisa menjadi obatnya atau justru akan membuat luka itu semakin terbuka. Hingga mati menghampiri hatinya. Sampai malam tiba, bayangan tentang dirinya semakin jelas muncul di depan mata. Ingin mengusiknya, namun mata tak sanggup kehilangannya. Hati mulai jujur pada tuannya. Ia merindunya. Atau cinta. ‘Selamat pagi’, ‘Selamat siang’, ‘Selamat malam’, sapaan setiap ingin memulai. Walau tak tahu apa lagi yang harus diceritakan, seolah mulut tak mau berhenti bercakap, dan tangan tak henti mengetik pesan untuknya. Mula

Patah Hati

Kau, apa kabar hatimu? Masih lelah? Sejenak bersandarlah. Kau, apa kabar dirimu? Masih mengingatku? Tak perlu. Kau, apa kabar hidupmu? Masih sendiri? Kurasa tidak. Kau, tak menanyakanku? Kau tak menanyakan hati, diri, dan hidupku? Tak usah. Bahkan kenangan-kenangan dulu sudah membeku. Sempat aku bertanya sampai kapan kita diam begini. Biar saja tak ada jawaban. Aku tak ingin ada jawaban. Aku tak ingin mendengar kau sudah dengannya. Patah hati.

Nanti

Sering aku terbuai kala senja Melepasmu hingga titik jemu Merindumu dan bermimpi tentangmu Senja mengajarku arti merindu Sampai detik mata terpejam, kusebut namamu Sampai mata tak sanggup lagi terbuka Sampai saat itulah aku tak kan lagi berharap