Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2016

Kamu dan Senjaku

Seperti senja, kau membuatku jatuh cinta berkali-kali. Rasa itu terus tumbuh. Seperti semburat jingga, ia membekas, merekah. Senyum yang hilang itu kutemukan lagi. Di jingga tadi, aku terbayang parasmu. Bisik angin bawakan senyum tawamu. Redup mentari tak seperti teduh matamu. Hanya saja semua tentangmu menjadu candu menggebu. Kau tahu, seperti senjaku. Syahdu sungguh senjaku hari ini. Setiap kali aku berpulang dari peraduan lelah, kutitipkan langkah kaki di tempat itu. Tempat biasa aku melihat sapaan matahari meninggalkan hari. Lelah terbayar dengan elok langit sore. Ia tak henti membuatku terpana. Aku jatuh cinta kepadanya, layaknya kepadamu. Kamu, maukah kamu menjadi senjaku yang selalu membuatku pulang menujumu? Maukah kamu menjadi senjaku yang menghapus pilu dan menjadi penenangku? Kamu. Senjaku.
Ada saatnya aku hanya ingin bersama angin, menceritakan segalanya, dan menitikkan air mata. - Ir. Soekarno -

Ulasan Rinduku

Rinduku kali ini sungguh menderu. Tak ada kata sanggup terucap. Tak ada air mata menghujan peluh. Bibir gemetar menahan gemanya. Tak gentar, rindu itu merekah. Ibu, aku rindu. Untukmu pula ayahku, yang tak dapat kugapai lewat waktu.
Mencintai seseorang bukan hanya senang ia ada di dekatku, tapi juga senang bisa menyesuaikan diri dengannya.

Seutas Rindu untuk Kamu

Kadang rindu menjadi pembunuh yang siap menerjang kapan saja. Ia melahirkan curiga. Ia mengalirkan pikiran-pikiran entah. Ia membunuh perasaan yang dipertahankan mati-matian. Ia membunuh orang yang jatuh cinta. Ia membunuh orang yang takut kehilangan. Merindukanmu bukanlah hal mudah. Aku harus menenangkan gejolak rindu yang sudah menggebu. Bagaimana jika aku berpikir yang tidak-tidak tentang engkau di sana? Apa aku juga akan membayangkan kau ingkar? Semua itu muncul karena rindu. Ia berhasil masuk dan memakan logika. Bagaimana kau menjalaninya di sana? Samakah? Sedang apa kau sekarang, dengan siapa, sudah makan, pertanyaan sederhana yang selalu menunggu jawaban. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Aku tak ingin melihatmu sakit, apalagi disakiti. Kepada jarak yang sedang memisahkah kita, aku minta jangan alirkan rindu berlebih. Sakit rindu bersendu. Bila rindu, jangan lahirkan perasaan-perasaan curiga berlebih yang bisa menghancurkan apa yang aku pertahankan. Memang aku ta
Karena pada akhirnya, yang membantu menyelesaikan masalah bukanlah otak, melainkan seseorang yang menggenggam tanganmu dan tak kan melepaskanmu.