Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2018

Kau Bahagiaku

Hai kamuku. Apa kabar? Sudahkah merindu? Kau tahu, beberapa hari terakhir ini aku memimpikanmu. Bukan hal biasa sejak kita memutuskan kembali menjadi kita. Merindumu memang candu, tapi memimpikanmu sungguh pilu. Kau selalu tahu cara kembali. Berbeda denganku, betapa aku malu karena tak paham bagaimana mencintai. Senyum ini mudah terurai di depanmu. Kau menutup segala pandangku. Di mataku hanya engkau yang benar-benar hidup. Jauh di sanubari cukup engkau lentera dalam temaram. Semesta mengirimmu tanpa pilihan. Kuterima datangmu dengan pelukan. Senyummu meneduhkan. Matamu menenangkan. Engkau, bahagiaku yang paling berharga.

Kita yang Sama

Menemukanmu bukanlah hal baru. Aku pernah melaluinya beberapa waktu lalu. Kau juga sama. Kita pernah meninggalkan, atau entah namanya. Setelah itu kita kembali menjadi kita. Memutar kenangan, melaluinya lagi bersama. Segala dosa seolah lenyap oleh tawa. Jauh di balik itu, tahukah engkau ada belati masih tertancap mesra memeluki hati. Lagi-lagi sesak nafas ini mengingatnya. Bukan inginku mengungkit masa lalu. Sungguh, jika bisa akan kuhapus segala luka. Bagaimana menghapus sedang engkau masih ada. Seolah tak rela jika melupakanmu harus dengan cara menyakiti diri sendiri. Lelah dengan air mata, melangkah saja tak bisa. Sering kau anggap aku berpikiran buruk padamu. Memang. Aku hanya belum siap terluka. Meski sudah kuberi kesempatan berdamai, tetap saja sama. Kupikir kau tahu betul kenapa. Kau pun paham benar bahwa kau selalu bisa membuatku bungkam. Sedari dulu. Memintamu pergi, menghapus segala tentangmu, membencimu, demi menjauhimu semua pernah kulakukan. Melepaskan, merelakan, melup