Bahagia katanya sederhana. Sesederhana senyuman manja seorang yang dicinta. Layaknya kepompong, mungkin kita sama. Sedang dalam masa metamorfosis. Lalu, di bagian mana kita dipandang lebih baik? Kau sempat ada di hidupku. Kau sempat menjadi jalan untukku pulang. Kau pernah pula menjadi alasan betapa aku ingin terjaga setiap malam. Kau, alasanku untuk hidup. Aku. Kau bilang aku adalah segalanya. Aku yang utama katamu. Bahagiamu sekarang tak pernah sebahagia kala bersamaku. Palsu? Sejauh langkah kakiku terrajut, kau memang yang terindah. Sungguh kau telah merubahku menjadi manusia yang melek tentang dunia. Kepada hati, aku tak pernah bercanda. Sajak tentangmu mengalir setiap malam. Perihal bahagia. Perihal nestapa. Sedikit cerita sederhana seseorang pemuja cinta. Cinta yang baginya adalah segalanya kini harus musnah berlumur noda. Masihkah engkau pantas berucap kata maha agung itu, wahai yang pernah aku cinta. Bertanyalah pada kaca, sampai mana kau layak untuk dicinta.
Call Me A Dreamer Cause With My Dream, I Can Reach The Stars