Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2020

Jeda

Ada kata lelah di setiap langkah. Terkadang jengah menjadikan resah. Duduk di tepian sembari melihat mentari tenggelam dengan gagah. Serangkai prosa tercipta saat memikirkan ia yang menjadi rumah. Setia kopi menjadi alasan bagaimana engkau masih terasa ramah. Aku duduk dalam bayang pemikiran. Terpejam mata sesaat engkau berjalan. Bersandar sebentar melihat sebuah kepergian. Pelan-pelan. Hingga kau menghilang di tengah harapan. Seseorang menantikan engkau pulang di ujung penantian. Panjang memang, namun Semesta jauh lebih tahu bagaimana menyatukan dua hati yang masih berperasaan. Memori berdatangan mengoyak tumpah ruah. Bagaimana mungkin senja selalu menghadirkan kisah yang sebatas berujung pernah. Dalam diam, tulisan ini muncul di tengah perasaan yang kian bungah. Berpasrah dalam pisah. Pada suatu titik, aku percaya kisah kita akan abadi dalam rekah.

Senyawa Pertama perihal Kita

Menjelang dini hari pada Senin pertama aku menulis di 2020. Cerita baru telah dimulai. Lembar demi lembar kertas kosong siap tertulisi pena warna-warni. Merah, hitam, kuning, hijau, abu-abu, segala rupa terjadi masih bertudung. Pelan-pelan terbuka, senyuman manja berkaca, tampak sepasang bola mata ingin berbicara. Semesta, izinkan dia menegakkan kepala. Huruf demi huruf rapi tersusun. Tak lepas dari biasanya, kopi selalu menjadi senyawa yang mustahil dihapus. Masihkah ada kopi tahun ini? Kita lihat, tanpa kopi tak mungkin rasanya penulis berdiri. Kopi lah yang selama ini menemaninya dari pagi ke pagi. Jauh di dalam pekat kopi, ada satu sorot mata yang masih melekat di hati. Kopi, ada kah hal lain yang membuat penulis jatuh hati? Barangkali kita bisa menyebutnya Senja. Adalah senja-senja lalu dengan tokoh utama yang masih sama. Sebuah nama yang entah kapan mampu dibiarkan pergi dari tertutupnya pintu hati. Satu kesatuan utuh sebagai awal mula pikiran yang terus tersakiti. Luka itu c