Tengah malam. Di waktu-waktu seperti ini namamu selalu muncul. Cinta telah mengalahkan segalanya. Aku buta, memilih bertahan meski penderitaan di depan mata. Pikiranku melayang ke masa kita pertama kali berjumpa. Biasa saja. Mana mungkin hati sekeras batu ini mampu dilunakkan? Mustahil, katanya. Dengan ego sebesar ini, seolah hanya aku manusia yang hidup di dunia. Berawal dari sebatas pesan, kau memulai dengan bertanya hal tak begitu penting. Kubalas seadanya. Kau mengirimku pesan lagi. Jemariku tak henti memijat ponsel demi melayangkan jawaban singkat padamu. Begitu seterusnya. Percakapan kita berlangsung setiap malam. Sampai tiba hari kita sepakat bertemu. Aku ingat betul waktu itu kita menonton film. Film apa tepatnya, dan apa yang terjadi di sana biarlah kita yang merasa. Sejak saat itu kita menjadi lebih intens berkomunikasi. Pergi bersama membelah jalanan. Waktu tak menghalangi batas berjumpa. Tak peduli tengah malam, semesta tetap ada untuk kita. Sepasang anak manusia ya