Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

Langit-Langit yang Bungah

Barangkali mengenalmu adalah hal terindah. Berhasil menyapamu membuat jalanku kembali terarah. Membaca balasan pesan darimu buat hati bungah. Memandangmu secara virtual cukup membuat mawar merekah. Tidak kah kau merasa istimewa setelah banyak hal mampu kau ubah? Jujur aku lelah. Ingin melangkah namun jarak angkuh tinggalkan resah. Ada sebuah perasaan indah mengkristal. Satu perasaan yang mampu membawaku terbang menembus langit tanpa membual. Tepat di ekuator langit kutengok ke bawah di mana jejak tertinggal. Di ujung meridian aku merasa janggal. Dapatkah aku menemuimu dalam hitungan jarak satuan cahaya berjengkal-jengkal? Bagaimana jika okultasi membayangi, tentu diri ini akan merasa bebal. Sembari mata menyipit, kulihat titik quasar. Entah memakan berapa jutaan tahun cahaya agar sampai ke dasar. Seberapa jauhnya, titik itu tak pernah pudar. Sekelompok asteroid riang bercanda di alam bawah sadar. Di dalam diriku sepertinya akan ada supernova yang berlipat besar. Menyisakan nebula-n

Bertamunya Sendu

Malam adalah waktu menyenangkan. Meski dunia tak terlihat seperti aslinya, make up berupa lampu kota dan gemintang langit begitu nyaman di pandangan. Belum lagi deburan angin yang terasa sampai terikatnya jemari tangan. Pada akhirnya kita saling melempar senyuman. Hangat dan manis menjadi kenangan. Aku bukan pecinta yang baik. Pada senja dan kopi aku hanya mampu berbisik. Padahal dalam hati, gusar selalu mengusik. Bagaimana mungkin aku mampu berlari menghindari semesta yang begitu berisik. Hei perhatikanlah langkahmu. Ada aku di depanmu. Memandangimu dari kejauhan tanpa ragu. Meski pilu terkadang suka merayu. Menggebu-gebu tanpa peduli tubuh memaku.

Kosong Semu

Senja kali ini jingga indah mewarnai langit. Lengkap sudah keangkuhan mentari. Sempurna ia sebagai mata dunia. Seluruh pandangan tak lepas menikmati aksen langit. Satu senyum menyemai. Beberapa tangis merebak tanda pisah. Keharuan menyeruak bersiap membingkai rindu yang akan bersemi sepanjang malam. Sejenak berhembus nafas panjang. Angin membisikkan nama yang menggetarkan. Di antara ketinggian aku menikmati hembus angin sore. Kupandangi ujung langit yang terasa semakin fana. Atau entah ia nyata, barangkali hanya metafora. Hiperbola tak kubutuhkan. Kata-kata mutiara enyahlah sebentar saja. Berbagai majas sedang merundung luka. Berdiri ia gontai merasakan gejolak yang tak mampu dirangkai kata. Ada sesuatu mengganjal, menyesakkan dada. Tak mampu berkata. Bisakah kau hadir di sini saja tanpa aku ke sana? Duniaku beku, lidahku kelu, tinggal senyum tanpa makna. Tak lupa getaran hebat jauh di dalam raga. Seketika semesta menggema. Tak bisa kah kau mendengarnya? Ayolah. Pahamilah. Ada yang

Kenangan dan Sebuah Kesan

Sebuah lagu mempunyai kenangan tersendiri bagi pendengarnya. Percaya? Tentu percaya. Ada perasaan terwakilkan melalui lagu tersebut meski bukan secara langsung sebagai yang mengalami. Cukup dengan meresapi, rasa akan timbul jauh mendalam. Mengawali hari ini badan seperti agak manja. Tak bisa diajak kompromi sedikit. Tidur menjadi pilihan di antara makan atau kopi. Jangan ditiru. Tak baik untuk kau yang ingin menjaga diri. Kembali ke sebuah lagu, entah angin apa yang membuatku membuka arsip lama. Tentang pekerjaan, kawan, keluarga, sahabat, bahkan dia. Senyum tipis mewakili segenap rasa mengendap di dada. Ada senang, sedih, haru, bangga, semua tertuang dalam segelas kopi yang masih setia menemani. Sepertinya badan ini memang lebih cocok dengan kopi daripada dia yang selalu menyakiti. AuraCoustic – Filosofi Kenangan, satu lagu penuh memori yang sampai sekarang tak terlupa. Beberapa tahun lalu di kantor lama, aku terdiam di salah satu sudut gedung. Menikmati angkuh mentari, bersiap

Sepi Sendiri

Sendiri bukan berarti sepi. Menjalani kesendirian bukan berarti kesepian. Beberapa orang nyaman dengan kesendiriannya. Sebaliknya, di luar itu orang lain merasa kesepian saat sendiri. Bagaimana denganmu? Apakah kau mengartikan sendiri berarti sepi? Barangkali di dalam kesepian ada kesendirian. Di antara hiruk pikuk kota, seseorang ke pantai menikmati senja dengan sepeda motornya. Kamera siap di tangan, buku menunggu mempermainkan imajinya, segelas kopi pesanan siap menemani di hadapannya, serta senja yang sebentar lagi memikat mata. Rutin ia melakukan aktivitas ini setiap libur. Penjual makanan ringan tepi pantai itu sampai hafal dengan anak ini. Ketika ditanya kenapa sendirian, ia hanya menjawab dengan senyuman sembari membayar kopi yang ia pesan. Apakah menyedihkan melihat ia datang sendirian? Selang hari-hari kemudian, anak yang sama sengaja ke sebuah kafe dekat tempat tinggalnya demi menghabiskan malam dengan membaca buku yang belum selesai ia baca. Lagi, ia sendirian. Tak ada