Sebuah cerita untuk langit
jingga. Entah pada senja atau paginya. Tentang hati yang membenam sakitnya
rindu hingga hati yang rapuh karena sebuah perpisahan. Tentang cinta yang tak
terungkapkan. Jeritan hati yang belum pernah terdengar. Bagai suara menggema di
dalam menara, ia sendirian, tak terdengar.
Seorang anak yang sedang mencari
kesungguhan dalam arti cinta. Bukan tentang seberapa ia mendapat cinta dari
orang yang sempat singgah, melainkan arti sebuah komitmen untuk berjalan
beriringan. Memaknai kehidupan tak semudah mendapatkan kehidupan. Katanya.
Sayup terlihat matanya
mengisyaratkan ingin memiliki. Hatinya bergejolak tak menentu. Bergetar semesta
tak kuasa menahan gemanya. Cinta begitu besar hingga hari ini. Belum terungkap.
Seperti senja yang membenamkan
matahari, haru. Senja yang mengajarkan arti menunggu dan merindu. Sakit terisak
ketika jingga menjelma dalam senja. Begitulah cinta yang terbenam entah berapa
lama dalam hati. Hatinya merapuh. Ingin berteriak namun tak tahu bagaimana
caranya. Kasihan.
Masih adakah orang sepertinya?
Merasakan tanpa mengungkapkan. Berteriak tanpa didengar. Mencintai tanpa tahu
bagaimana mencurahkannya. Sungguh, hatinya telah lelah.
Comments
Post a Comment