Mengenalmu, mencintaimu, memilikimu adalah halaman indah yang tertulis dengan tinta warna-warni di cawan hidupku. Kamu yang baik. Kamu yang manja. Kamu yang tak hentinya membuatku tersenyum sendiri saat memandangi handphone. Satu lagi. Kamu yang mampu membuatku bungkam.
Mengenangmu seperti membariskan jajaran doa yang pernah aku siapkan untuk kita di masa depan. Tak ada yang mengamini. Tiada pula yang memaksanya pergi. Hanya detikan jarum jam sebagai saksi betapa kita pernah melukis langit dengan tawa. Langit tak pernah lepas dari hujan. Begitupun cerita kita, tawa yang berakhir di antara air mata.
Melihatmu kembali masih membuat dada berdebar. Senyummu masih sama. Senyum yang pernah menjadi semangatku. Mata kamu tetap seperti yang melekat di dinding memoriku. Mata yang meluluhkan segala waktuku. Bukankah amat lucu jika aku ternyata masih seperti dulu?
Di saat malam begini selalu terngiang kenangan akan kamu. Bagaimana jemari kita menari saling berpautan. Secangkir coklat panas terpampang manis di antara obrolan kita. Selipan tawa hingga rembulan takut akan ia. Bahkan tanpa melakukan apa-apa, bersamamu adalah hal teristimewa.
Comments
Post a Comment