Skip to main content

Posts

Bahagia itu sederhana.
Karena pada setiap jingga yang terlukis di langit, akan ada sajak tertulis untuk sebuah nama.

Fatamorgana

Ketika pagi mengucap nama Bergetarlah seluruh jiwa Raga merapuh karenanya Tak sanggup menahan gema Saat cinta tak lagi bersuara Mengalirkan jutaan pesona Dari yang fana hingga yang nyata Kita terperangkap dalam nirwana Berlabuh pada senja dan fatamorgana

Kepergian

Dan kutemukan raga yang menghangatkan Jiwa yang menenteramkan Senyum mematikan Mata yang selalu memandang Di saat aku berjalan Ada bayang dimana gelap menjadi tumpuan Lalu ia pergi Begitu saja Menghilang di antara pelangi Dan muncul kembali bersama wangi melati pagi

Kepadamu

Malam takluk akan rindu Ia terdiam di antara bintang Tersenyum dalam hampa Karena rindu tak mampu berucap Bila kekasih menanti bicara Kepada tangan yang terulur itu Adalah kita Adalah aku dan engkau Menunggu pagi terbangun dan bilang “Cinta”

Tak Tahu

Kata orang ini cinta Kata orang ini rindu Kata orang aku kasmaran Mungkin... Apa yang terjadi bila logika tak ada? Masihkah hati butuh logika? Apakah rasa bisa berhitung? Tidak! Saat ini naluri yang bicara Sengaja berjalan tanpa lentera agar tersesat