Mahasiswa akhir yang mengutamakan
skripsi di atas segalanya, apa itu aku? Tentu saja bukan. Aku tak sebegitunya
dalam mengerjakan skripsi. Terkadang mengerjakan skripsi memang harus sendiri,
tapi kau tetap butuh sosialisasi.
Udah banyak teman sebayaku sidang
dan wisuda, tapi dari jurusan lain. Yang dari jurusan, eh prodi sendiri mah
jangan ditanya. Selama periode wisuda tahun 2014, belum ada angkatanku yang
memakai toga. Sidang perdana aja kemarin bulan Oktober. Yang kedua kemarin
November. Dan jika ditanya kenapa anak Perancis lulusnya lama, aku juga nggak
tahu jawabannya. Itu masih menjadi misteri, walaupun sudah ada beberapa
hipotesis.
Dosen perfectionist menjadi salah satu momok di prodiku. Sebenernya semua
dosen juga pengen sesuatu yang perfect
dari mahasiswanya, tapi entah dosenku keterlaluan, semua mahasiswanya gak ada
yang bisa mengerti apa mau mereka. Selain terkenal perfectionist, dosenku juga terkenal saklek atau kaku. Sekali ini
ya ini. Sekali itu ya gak mau yang lain. Itu berdasarkan obrolan gak penting
antara aku dan teman-temanku.
Suatu momen yang menegangkan
ketika bimbingan instrumen.
“Ini sudah mencakup tindak tutur
belum Prima? Terus ini juga di kurikulum 2013, kompetensi mana yang kamu
ambil?” itu kata dosbingku.
Beruntung aku punya wajah
malaikat, jadi aku bisa memasang wajah polos sok cantik di depan dosbing.
(Ampun Madame ^^)
Karena bilik dosbingku ada di
depan pintu ruang dosen, ada temanku, anak Jepang lewat. Ia mendengar beberapa
pembantaian yang berlangsung kurang lebih selama 30 menit itu.
“Prim, kamu tadi bimbingan apa?”
tanya temenku yang tadi sempat mendengar prosesi pembantaian.
“Instrumen.” Jawabku singkat.
“Kok segitunya ya?”
“Maksudnya?”
“Kok gitu banget! Detil banget!
Aku aja kalau bimbingan gak pernah kayak gitu.”
Aku hanya tersenyum tanpa makna.
Aku tidak bisa menyebut karakter
dosenku yang detil macam itu. Mungkin karena aku (dan teman-temanku) terbiasa
dengan sifat dosen, jadi ngerasanya biasa aja. Sedetil-detil mereka, pasti ada
celah untuk mengalahkan mereka.
Kembali ke kenapa mahasiswa
Perancis lulusnya lama, sebab yang kedua adalah dosen yang sedikit. Oya, aku
nyebutin sebab demi sebab di sini secara acak. Tidak ada pengaruh prosentase
tertinggi di setiap urutannya.
Ehm, dosen yang sedikit. Di
antara sedikitnya dosen, masih ada di antara mereka yang melanjutkan studi. Ya,
itu urusan mereka sih, tapi mau gak mau itu juga jadi urusan kita sebagai
mahasiswa bimbingannya. Takut. Takut kalau mereka gak ada waktu buat kita.
Hah, izinkan aku mengambil nafas
sebentar sambil merenungi nasib sebagai mahasiswa bahasa Perancis. Masuk
gampang, keluar susah. Mau gimana lagi, aku udah di sini. Aku udah berjalan
sejauh ini. Masa aku harus mundur lagi? Nggak lah! Aku harus tetap berjalan
maju. Apapun yang terjadi, entah pintu di depanku tertutup atau terbuka, aku
harus berani mengetuknya. Walaupun di balik pintu itu jurang atau jalan yang
masih panjang, aku harus berani membukanya. Karena mungkin dengan terjatuh ke
dala jurang, aku dan teman-temanku bisa tahu bagaimana menjadi seorang sarjana
pendidikan yang bertanggung jawab.
Sudah merenungnya, lanjut ke
tulisan ini.
Tadi aku udah nyebutin 2 faktor
kenapa mahasiswa Perancis lulusnya lama. Mungkin masih ada beberapa fator lain
yang luput dari ingatanku. Yang pasti, kalau ditanya kenapa lulus lama, aku gak
tahu jawabannya. Aku tidak berani menyimpulkan penyebabnya, karena penyebabnya
tidak hanya dari faktor eksternal tapi juga internal, malas misalnya.
Yang namanya skripsi emang ujian
mental. Kadang ada dosen yang pengen menguji mental mahasiswanya. Kalau
mahasiswa itu lelah, gak kuat dengan pembantaian dosen, apa jadinya dia nanti?
Baru dibantai dosbing aja udah mlempem, gimana mau ngadepin dunia kerja?
Mahasiswa kok mental krupuk. Kena air langsung mlempem.
Kalau emang dibantai sama dosen,
atau coretan revisi yang hampir menuhin kertas skripsi, anggap aja itu bumbu.
Ya, bumbu buat kita bertanggungjawab kalau udah jadi sarjana nanti. Bumbu biar
kita bisa menjadi tenaga pendidik yang baik nantinya.
Ada saatnya ngerjain skripsi itu
galau. Galau karena dosbing susah ditemui. Galau karena revisi yang gak ada
habisnya. Galau karena ngerjain 1 bab aja sampai berbulan-bulan dan sebagainya.
Siapapun pasti pernah galau karena skripsi. Itu mah risiko.
Mending digunain buat ngumpul
bareng temen-temen. Selain bisa update
info baru, kamu juga bisa menghilangkan stres skripsi dengan curhat ke
temen-temen. Nongkrong di kafe menjadi pilihan.
Gak punya duit? Duit habis buat
nge-print revisi? Cuma karena itu
kamu khawatir? Hei bro, lo tuh gak bakalan mati kelaparan selama lo masih punya
temen! Kalau lo emang sampai mati kelaparan, berarti lo gak punya temen.
Udah ah, tulisan absurd ini gue
buat tanpa kesadaran penuh. Bangun tidur, shatal subuh (rajin kan gue), buka
laptop niatnya mau ngerjain skripsi tapi tangan ini tergoda untuk menyentuh
yang lain, jadi gue bikin aja tulisan ini. Buat kalian yang kebetulan mampir
dan baca tulisan ini, jangan tanya-tanya lagi kenapa anak Perancis lulusnya
lama. Lo gak bakalan ngerti perasaan mereka sebelum lo sendiri masuk ke prodi
ini. Anggap aja semua baik-baik aja.
Satu lagi, buat lo lo pada yang
lagi attack on skripsi, jangan pernah
nyerah guys. Dosbing itu Cuma nguji mental kalian. Kalau kalian teguh nunggu
dosbing, tiap hari ngampus, gak peduli nanti ditolak dosbing, itu lo yang
butuh. Kalau lo udah butuh, matiin aja rasa takut lo ke dosbing. Jangan takut
dibantai. Semua ada waktunya bro.
Jangan lupa juga banyak berdoa.
Percuma lo ngebut tapi gak pernah berdoa ke Tuhan. Jangan Cuma ngarepin
dosbing. Emang dosbing itu siapa? Tuhan yang buat jalan buat kita. Kita yang
minta jalan itu. Tuhan pasti menyimpan sesuatu yang indah buat kita. Tuhan juga
pasti masih menyimpan toga impian kita di belakang tubuh kita. Sayang, kita gak
menyadarinya. Kita udah dibutakan oleh susahnya masa revisi.
Oke guys, semangat skripsi!
Semoga kita lulus menjadi sarjana yang berkualitas. Tuhan mendengar doa kita.
Comments
Post a Comment