Telah kau tanam apa yang tidak aku tanam. Ini sudah mengakar. Bahkan ia telah tumbuh. Ia tumbuh begitu kuat, rindang, lebat, dan sejuk. Di antara beberapa yang ditanam orang lain, ia yang terhebat. Ia menunjukkan kekuatan akan kasih dan kepercayaan. Sebuah pondasi menjalin hubungan. Lalu sebegitu mudahkah kau goyahkan? Sesederhana itu kau akan memangkasnya? Seringan kau minta aku meninggalkanmu begitu saja? Kau bercanda?
Aku tak pernah bercanda soal hati. Mungkin kau bosan dengan itu. Aku tidak sedang membuat lelucon. Kau yang sering berkata bahwa kita berbeda. Kita berbeda dari yang lain. Apa peduliku?
Ketika kuminta kau memilih bertahan atau sudah... Kau ingat? Kau pilih bertahan. Aku berharap kau memilih itu. Dan sampai detik ini aku masih mempertahankan kata kita. Sampai hari ini aku memperjuangkanmu. Aku percaya padamu. Tahukah kau, rasanya kandas? Patah. Sakit. Mungkin benar, risiko mencintai seseorang di luar jangkauan adalah patah dan sakit. Kau, yang kini masih bisa kujangkau tapi sebentar lagi akan kulepas. Ajari aku melepasmu tanpa meninggalkan sakit.
Kau. Kau tahu, jujur aku tak mampu menulis ini. Gemetar tanganku melakukannya. Setiap kata yang kutulis selalu muncul bayangmu. Senyummu, candamu, tawamu, tangismu, semua mengadu pilu. Lewat tulisan ini, semua kisah kita akan abadi. Tak kan ada yang menghapusnya, kecuali aku. Barangkali suatu saat nanti kenangan tentangmu berkelebat, tulisan-tulisan ini akan membantuku menerka. Tulisan yang akan kau kenang atau lupakan.
Comments
Post a Comment