Tuhan, di sepertiga malam
terakhir ini aku ingin berbisik. Aku ingin mengadu. Tentang kondisi hati yang
begitu tak menentu. Aku mulai lupa pada siapa hati ini tertuju. Cinta yang
terkadang terlahir egois. Pikiran melayang tiada arah. Semesta mengundang firasat.
Bahasa mana yang harus aku ikuti. Aku ingin bersandar. Tuhan, aku ingin tidur
nyenyak. Andaikata Engkau masih menuliskan cerita di diriku dan dia, kuatkan
kami. Jagalah hati kami dari para penggoda. Engkau dengan mudah mempertemukan
kami, mendekatkan kami, menumbuhkan benih-benih cinta di hati kami. Kenapa
Engkau menciptakan semua ini, Tuhan? Cinta yang aku tahu sungguh Engkau larang.
Engkau ciptakan sesuatu yang Engkau larang.
Tuhan, kuawali hari dengan
berbincang dengan-Mu. Kuungkapkan hatiku yang porak-poranda. Hati berkata
cinta. Cinta yang kesekian kali aku terima kembali setelah luka yang tergores.
Hati yang selalu memaafkan dan menerima. Meski maaf mungkin belum sepenuhnya
ada. Apa dikata aku masih cinta. Tiada peduli luka dan tetangga. Aku mencintainya,
Tuhan. Kudengar dia juga demikian. Aku tidak salah dengar. Aku hanya terlalu
takut menerima luka yang sama. Derita betapa merananya sakit hati dibuatnya
belum sembuh benar. Sering aku memohon pada-Mu agar aku lupa, tapi Engkau tak
juga menghapus nestapaku. Padahal sungguh Engkau tahu nestapaku. Aku percaya
Kau mendengarku, pun sebelumnya. Aku ingin sembuh, Tuhan.
Setelah luka itu aku terima, aku
seperti ingin kembali menjadi aku yang dulu. Aku yang tiada peduli soal hati.
Aku yang mencintai dan saling mempercayai. Aku yang kata orang keras tak
melihat sekeliling. Aku yang dingin, cuek, masa bodoh. Aku ingin diriku yang
dulu. Tanpa peduli hal itu baik atau buruk. Kurasa lebih penting jika aku mampu
pergi dari sakit yang bertubi. Apalagi seorang yang menyakiti sekarang kembali.
Aku kembali. Malaikat macam apa aku ini, Tuhan? Seseorang rela mati demi cinta
yang terbukti menyakiti. Aku lelah, Tuhan. Aku tak punya tempat bertamu selain
Engkau. Aku tak mampu bersandar selain pada-Mu. Tuhan, izinkanlah aku melupa.
Cukup satu hal yang ingin aku lupa, yaitu derita tentang aku dan dia. Itu saja.
9 April 2017, Minggu dini hari.
Terbiasa terbangun. Alunan lagu Dave Koz, streaming bola dan Oreo Coklat Kacang
menemani.
Comments
Post a Comment