Aku ingin kita saling jatuh cinta. Seperti berada di dalam ruang kedap suara. Hanya ada kita berdua di dalamnya.Tanpa mendengar segala suara dari luar sana. Biar hanya kita yang punya dunia. Cukup aku dan engkau setia menyimpan rasa.
Singkat cerita, aku bermimpi tentang kehadiran seseorang di malam penuh renjana. Sederhana, namun bukankah itu paling bermakna? Bagaimana jika semua hanya ilusi belaka? Tidak cukupkah sakit yang telah diderita? Menjelang cerita yang sama, aku tak sanggup mengulanginya. Jika sama berasa, bukankah lebih baik kita menanggungnya? Jadi bukan hanya aku atau engkau saja yang tersiksa.
Bicara tentangmu tak kan ada habisnya. Masa perihal kita masih ada. Belum usai dengan sempurna. Di sela-sela agenda, kata demi kata terajut tanpa niatan asmara. Nostalgia. Senyum yang masih bernada, mata yang tetap bersinar apa adanya, gaya bicara riang seperti sedia kala. Adakah yang lebih mulia dari permata, selain melihatmu bahagia?
Sembari menulis, tertinggal ampas di gelas kopi yang lama kau tinggali. Perlahan kau pergi meninggalkan sebercak luka yang belum terobati. Bukan menyesali, hanya saja dunia masih terhenti. Samakah dengan engkau saat ini? Mau mulai?
Comments
Post a Comment