Di dalam sebuah keheningan aku terpikat kepada malam. Menyanjung seseorang yang tak pernah lelah menemani segala kelam. Setiap nada suaranya mengakar dalam kepala. Senyum demi senyuman menyatu menjadi keping menutup mata. Ia tumbuh menjadi rindu berkepanjangan. Curangnya, ia tak pernah berkurang.
Pertemuan sekarang dan esok meninggalkan rasa tiada ujung. Tak mampu terdeskripsikan. Hanya tawa yang terekam. Sesekali tangis, namun semua terselesaikan. Bersamanya aku memaknai kebersamaan. Aku menghargai segalanya.
Malam ini ribuan kenangan berjatuhan. Aku membisu. Menatap foto yang terakhir hampir satu bulan lalu kita bertemu. Di antara perjalanan itu aku ingat betapa berharganya pertemuan. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, tak ada lelah mataku memandangmu. Semua orang tahu itu.
Bersama tulisan ini aku apresiasikan betapa rindu ini berkecamuk. Suaramu yang kudengar berusan di telpon terasa syahdu dan sendu. Sambil membayangkan kita sedang bersama, aku bertanya apakah jarak ini dapat menjadi satu. Ya, doa ini telah kulangitkan. Sempurna atau tidak, ada baiknya semesta bertanggung jawab.
Comments
Post a Comment