Skip to main content

Posts

Tentang Hati yang Masih Enggan Pergi

Hai, apa kabar? Lama tak mendengar suaramu. Apakah senyummu masih sama meski bukan lagi tertuju padaku? Sudah adakah hati yang jatuh ke pelukanmu sembari aku masih menyiksa diri dengan luka tentang kepergianmu? Maaf, kau bukan pergi, melainkan aku yang melepasmu. Aku mengaku. Sendu. Garis tangan kita telah terhubung. Di antara kita ada jarak yang memaksaku tetap merindukanmu. Tepat di belakangku ada segudang kenangan yang siap kita jelajahi kembali. Lalu di hadapanku, jalan berkabut tetap menunggu lenteranya kuambil di arahmu. Tidakkah cukup melelahkan saat kau tahu hidup ini hanya berputar-putar dengan kau sebagai porosnya? Seperti bianglala, senang, takut, sedih, kecewa, harapan, air mata, semuanya berjalan teratur pada satu sumbu. Kamu. Malam demi malam kucoba mengalihkan pikiran. Secangkir kopi semakin menyiram luka dengan segala ketenangannya. Sedang pikiran bergelut mengibaratkan senja dengan penantian tentangmu. Meski lama tak menikmati senja, rona jingga yang menggantungi l...

Pernah Tentangmu

Aku pernah mencintaimu dengan sangat, tanpa peduli orang lain berkata kau bukan orang yang tepat. Aku pernah mempertahankanmu dengan berdarah-darah sampai akhirnya kau terlepas dengan begitu mudah. Aku pernah menyebut namamu tanpa lelah hingga namamu perlahan punah. Aku pernah berdiri bertahan menggenggam tanganmu dengan akhir cerita yang sungguh pilu. Aku pernah bercerita tentangmu seolah kau adalah terbaik dari segala yang kuulik. Aku pernah menduakan segalanya demi kita bersama. Aku pernah memilikumu tanpa tahu arti perpisahan yang begitu sendu. Aku pernah, aku berserah, aku pasrah. Aku lelah.

Tentangnya yang Masih Tersisa

Cinta itu sederhana. Aku pernah mencintai seseorang dengan begitu tulus sampai akhirnya perasaan itu hangus. Kenangan demi kenangan masih terrekam. Ia yang selalu bilang "lihatnya biasa aja" tiap kali aku memandangnya. Bagaimana bisa biasa saja ketika aku sadar kamu tidak biasa bagiku? Rasa ingin bicara menghapusnya dari memori. Lalu membersihkan namanya dari pahatan nadi. Kubur dalam-dalam bersama air mata yang belum berhenti. Berbalik dengan rasa yang lain. Jauh di lubuk terdalam, ia begitu kuat mengakari hati. Layaknya gemerlap bintang, indah ia mengisi. Tak jarang pula ia hadir di alam mimpi. Perasaan itu sungguh luar biasa kepadanya. Barangkali dapat kuukur, ia adalah perjalanan terjauh yang pernah aku punya. Ke mana kaki melangkah, ia tempat pulang teristimewa. Di hadapannya aku menjadi buta. Semua rasa sakit hilang seketika. Meski luka itulah yang membuatnya begitu mulia.

Legenda Lara

Lama hati ini tak terisi. Membayangkan mencintai seseorang saja enggan. Luka ini masih basah. Tubuh pasrah. Dunia terasa jengah. Sungguh, ia yang kusayangi dengan tulus tak bisa kupertahankan untuk singgah. Sejak saat itu, memiliki dan menguasai ada sama di mataku. Seberapa kuat keinginan memiliki akan berbanding lurus dengan keinginan menguasai. Setidaknya besar kecilnya bergantung pada keseharian pasangan. Ah, muak sudah bicara tentang hati. Bisa dibayangkan betapa besar rasa ketika mau menerima kembali seseorang yang telah membuat kecewa berkali-kali. Apa artinya? Artinya cintanya besar dan tulus! Meski hatinya pernah tersayat tajam, rasa percayanya hilang, menerima kembali bukanlah hal mudah. Lalu, mengerikan sekali seseorang yang menyia-nyiakan cinta sebesar itu. Benci yang dimiliki sebanding dengan cinta yang pernah terlukai. Lelah. Kubiarkan rumah ini kosong. Sengaja tak kuisi dengan nama. Biarlah hanya aku saja yang menatanya. Puing-puing luka masih tertulis mesra di lang...

Kembali

Setiap pagi aku membuka mata, kutemui engkau hadir menyapa. Senyummu sungguh enggan lepas dari ingatan. Caramu memandang selalu membuat hati berdesir. Bibirku kelu dibuatmu. Memandangi keindahan nyata di depan mata. Semesta begitu sempurna menempatkanmu denganku. Jatuh cinta adalah anugerah. Perasaan yang hadir tanpa aba-aba. Mengetuk pintu hati yang semakin hari semakin tertutup rapat. Lama tak merasakannya, kupikir aku lelah dengan hal demikian rupa. Ternyata aku salah. Hati ini kembali menemukan pengisi. Detaknya mengisyaratkan rasa yang sempat enggan aku memilikinya. Dan, jatuh cinta memang indah.

Menuju Kamu

Menuju penghujung April. Kukira semua akan berlalu tanpa menoleh lagi ke belakang. Masa lampau memang selalu punya daya magis tersendiri untuk dijelajahi. Engkau hadir tiba-tiba di mimpi. Ya, kau. Lagi-lagi kamu. Kembali lagi kamu. Setelah mundur terikrar, ada perasaan belum kelar. Masih menjalar. Mengakar. Jauh dari nalar, kata kita belum juga bubar. Di mimpiku kau masih sama. Tetap dengan senyum menggodamu dan tatap mata sayumu. Di antara berjuta keindahan di semesta, aku percaya satu keistimewaan diciptakan khusus kunikmati. Tak peduli orang-orang sebelumku yang mengenalmu lebih dulu. Tak peduli mereka yang pernah singgah mengetuk pintu hati. Tentangmu aku rela. Kukosongkan isi. Lalu bersiaplah. Kau ada di singgasana utama sang pecinta ini.

Dari Pecinta Sejati yang Kini Membenci

Dini hari, aku belum lekas tidur. Rasa kantuk tak juga menyerang. Sejujurnya aku benci keadaan seperti ini. Bukan tentang apa-apa, aku terlalu takut pikiran tentangmu muncul lagi. Takapa jika bahagianya yang muncul. Sayangnya berbagai sesak itulah yang menyeruak terngiang di depan mata. Saat itu aku takbosan berkata mencintaimu dengan sangat. Memang begitu adanya. Sebaliknya, kau juga sama. Kita berdua terlalu saling menyayangi. Kita takut saling meninggalkan. Kita adalah sebuah harmoni yang akan hambar ketika salah satu menghilang. Dunia tahu itu. Semesta taksanggup mengelak. Kini semua berbalik. Engkau yang aku cintai berubah menjadi yang kubenci. Kau yang sempat singgah berbunga di taman hati, kini masih sama, tapi dengan perasaan berbeda. Tiada elok sama sekali. Ingin kumaafkan dan kulupakan semuanya, tapi entah kenapa aku takmampu. Sebab yang takkutemui sampai saat ini. Aku pernah menjadi pecinta ulung. Sekarang aku adalah seorang pembenci yang takpercaya lagi tentang cinta. ...