Skip to main content

Posts

Aku Tentangmu

Aku mencintaimu. Dalam. Sedalam samudera menciptakan palung demi hidupi ikan-ikan misterius. Aku mencintaimu. Angkuh. Seangkuh mentari sampaikan rindunya kepada bumi melalui rembulan. Aku mencintaimu. Murka. Semurka dendam, janjiku padamu akan kubayar tuntas. Aku mencintaimu. Sungguh. Sesungguh Rahwana kepada Shinta. Aku (masih) mencintaimu.

Rasa yang Kehilangan

Tengah malam. Di waktu-waktu seperti ini namamu selalu muncul. Cinta telah mengalahkan segalanya. Aku buta, memilih bertahan meski penderitaan di depan mata. Pikiranku melayang ke masa kita pertama kali berjumpa. Biasa saja. Mana mungkin hati sekeras batu ini mampu dilunakkan? Mustahil, katanya. Dengan ego sebesar ini, seolah hanya aku manusia yang hidup di dunia. Berawal dari sebatas pesan, kau memulai dengan bertanya hal tak begitu penting. Kubalas seadanya. Kau mengirimku pesan lagi. Jemariku tak henti memijat ponsel demi melayangkan jawaban singkat padamu. Begitu seterusnya. Percakapan kita berlangsung setiap malam. Sampai tiba hari kita sepakat bertemu. Aku ingat betul waktu itu kita menonton film. Film apa tepatnya, dan apa yang terjadi di sana biarlah kita yang merasa. Sejak saat itu kita menjadi lebih intens berkomunikasi. Pergi bersama membelah jalanan. Waktu tak menghalangi batas berjumpa. Tak peduli tengah malam, semesta tetap ada untuk kita. Sepasang anak manusia ya...

Tentang Hati yang Masih Enggan Pergi

Hai, apa kabar? Lama tak mendengar suaramu. Apakah senyummu masih sama meski bukan lagi tertuju padaku? Sudah adakah hati yang jatuh ke pelukanmu sembari aku masih menyiksa diri dengan luka tentang kepergianmu? Maaf, kau bukan pergi, melainkan aku yang melepasmu. Aku mengaku. Sendu. Garis tangan kita telah terhubung. Di antara kita ada jarak yang memaksaku tetap merindukanmu. Tepat di belakangku ada segudang kenangan yang siap kita jelajahi kembali. Lalu di hadapanku, jalan berkabut tetap menunggu lenteranya kuambil di arahmu. Tidakkah cukup melelahkan saat kau tahu hidup ini hanya berputar-putar dengan kau sebagai porosnya? Seperti bianglala, senang, takut, sedih, kecewa, harapan, air mata, semuanya berjalan teratur pada satu sumbu. Kamu. Malam demi malam kucoba mengalihkan pikiran. Secangkir kopi semakin menyiram luka dengan segala ketenangannya. Sedang pikiran bergelut mengibaratkan senja dengan penantian tentangmu. Meski lama tak menikmati senja, rona jingga yang menggantungi l...

Pernah Tentangmu

Aku pernah mencintaimu dengan sangat, tanpa peduli orang lain berkata kau bukan orang yang tepat. Aku pernah mempertahankanmu dengan berdarah-darah sampai akhirnya kau terlepas dengan begitu mudah. Aku pernah menyebut namamu tanpa lelah hingga namamu perlahan punah. Aku pernah berdiri bertahan menggenggam tanganmu dengan akhir cerita yang sungguh pilu. Aku pernah bercerita tentangmu seolah kau adalah terbaik dari segala yang kuulik. Aku pernah menduakan segalanya demi kita bersama. Aku pernah memilikumu tanpa tahu arti perpisahan yang begitu sendu. Aku pernah, aku berserah, aku pasrah. Aku lelah.

Tentangnya yang Masih Tersisa

Cinta itu sederhana. Aku pernah mencintai seseorang dengan begitu tulus sampai akhirnya perasaan itu hangus. Kenangan demi kenangan masih terrekam. Ia yang selalu bilang "lihatnya biasa aja" tiap kali aku memandangnya. Bagaimana bisa biasa saja ketika aku sadar kamu tidak biasa bagiku? Rasa ingin bicara menghapusnya dari memori. Lalu membersihkan namanya dari pahatan nadi. Kubur dalam-dalam bersama air mata yang belum berhenti. Berbalik dengan rasa yang lain. Jauh di lubuk terdalam, ia begitu kuat mengakari hati. Layaknya gemerlap bintang, indah ia mengisi. Tak jarang pula ia hadir di alam mimpi. Perasaan itu sungguh luar biasa kepadanya. Barangkali dapat kuukur, ia adalah perjalanan terjauh yang pernah aku punya. Ke mana kaki melangkah, ia tempat pulang teristimewa. Di hadapannya aku menjadi buta. Semua rasa sakit hilang seketika. Meski luka itulah yang membuatnya begitu mulia.

Legenda Lara

Lama hati ini tak terisi. Membayangkan mencintai seseorang saja enggan. Luka ini masih basah. Tubuh pasrah. Dunia terasa jengah. Sungguh, ia yang kusayangi dengan tulus tak bisa kupertahankan untuk singgah. Sejak saat itu, memiliki dan menguasai ada sama di mataku. Seberapa kuat keinginan memiliki akan berbanding lurus dengan keinginan menguasai. Setidaknya besar kecilnya bergantung pada keseharian pasangan. Ah, muak sudah bicara tentang hati. Bisa dibayangkan betapa besar rasa ketika mau menerima kembali seseorang yang telah membuat kecewa berkali-kali. Apa artinya? Artinya cintanya besar dan tulus! Meski hatinya pernah tersayat tajam, rasa percayanya hilang, menerima kembali bukanlah hal mudah. Lalu, mengerikan sekali seseorang yang menyia-nyiakan cinta sebesar itu. Benci yang dimiliki sebanding dengan cinta yang pernah terlukai. Lelah. Kubiarkan rumah ini kosong. Sengaja tak kuisi dengan nama. Biarlah hanya aku saja yang menatanya. Puing-puing luka masih tertulis mesra di lang...

Kembali

Setiap pagi aku membuka mata, kutemui engkau hadir menyapa. Senyummu sungguh enggan lepas dari ingatan. Caramu memandang selalu membuat hati berdesir. Bibirku kelu dibuatmu. Memandangi keindahan nyata di depan mata. Semesta begitu sempurna menempatkanmu denganku. Jatuh cinta adalah anugerah. Perasaan yang hadir tanpa aba-aba. Mengetuk pintu hati yang semakin hari semakin tertutup rapat. Lama tak merasakannya, kupikir aku lelah dengan hal demikian rupa. Ternyata aku salah. Hati ini kembali menemukan pengisi. Detaknya mengisyaratkan rasa yang sempat enggan aku memilikinya. Dan, jatuh cinta memang indah.