Sebuah rasa yang pernah
aku alami ketika pertama kali aku mengenalmu. Biasa saja, memang. Tak ada
tanda-tanda bahwa kita akan menjalani ikatan ini. Sungguh aku merasa inilah
hidup sebenarnya. Ketika jalan tak bisa dibaca dan sang waktu mulai
mempermainkan hati seorang manusia. Apakah itu juga yang kau rasakan?
Aku tak bisa berkata apa
lagi. Semua sudah jelas terbukti. Semua sudah ada di ambang mata. Seperti angin
dan awan. Angin selalu mencoba menerbangkan awan semaunya tanpa peduli apakah
awan mau atau tidak. Kejam pula jika dipikir kepada langit. Dia hanya bisa
berdiam diri melihat panorama menyedihkan itu.
Sudahlah, jangan bicara
tentang perasaan lagi. Perasaan manusia berhubungan dengan hati. Hati manusia
berbeda dengan logika yang dimilikinya. Walaupun perasaan dan logika harus
berjalan beriringan, namun mereka sulit sekali untuk bersatu. Mungkin karena
perasaan bersifat lemah dan logika bersifat keras layaknya batu.
Perasaan seorang manusia
bisa berubah sewaktu-waktu. Hati manusia adalah tempat paling mudah disentuh
oleh apapun itu. Manusia yang bisa menyentuh hati manusia lain adalah manusia
yang telah ditakdirkan pertemuannya oleh Yang Maha Kuasa. Pertanyaannya adalah,
apakah ketika takdir itu berjalan, mungkinkah para manusia yang lain bisa
mengubah takdir itu? Jawabannya mudah, tantu saja bergantung pada tingkat rasa
percaya yang dimiliki manusia itu sendiri. Mudah kan? Walau susah dijalani.
Bagaimana dengan logika?
Katanya dia bersifat keras seperti batu. Memang benar. Anggap logika adalah
satu bagian tubuh manusia yang tidak bisa terjamah apapun. Lihat pula bahwa
manusia sering menggunakan logika untuk melihat dan menganalisis kenyataan.
Karena logika sering digunakan untuk segala hal yang berhubungan dengan
kenyataan, itu membuat mainset manusia tentang logika menjadi keras. Bukankah
pemikiran itu sudah terbukti?
Logika dan perasaan, dua
hal yang berbeda namun sangat dekat dengan takdir. Banyak pula yang beranggapan
bahwa logika sering digunakan oleh laki-laki, sedangkan perasaan sering
digunakan oleh perempuan. Walaupun tak etis sepertinya jika menyebut seperti itu,
kenyataannya memang benar.
Kebanyakan perempuan
menggunakan perasaan mereka untuk melihat kenyataan. Itulah mengapa mereka
mudah terbawa arus. Parahnya, ketika melihat kenyataan berbeda dengan apa yang
dipikirkannya tadi, itu akan membuatnya kecewa berat.
Bagaimana dengan
laki-laki? Logikalah yang digunakan oleh kebanyakan laki-laki. Itulah mengapa
laki-laki dipandang lebih bisa memiliki naluri seorang pemimpin. Ada kelebihan
ada pula kelemahan. Kelemahan ketika menggunakan logika adalah manusia terlihat
keras kepala. Dia terkesan tidak peduli dengan orang lain.
Sekali lagi logika dan
perasaan adalah dua hal yang berbeda namun sangat dekat dengan takdir. Sebagai
seorang manusia, sudah selayaknya bisa memanage keduanya. Manusia harus bisa menentukan
kapan akan menggunakan perasaan dan kapan pula akan menggunakan logika. Bukan
berarti lebih mementingkan salah satu, tapi manusia harus bisa menyeimbangkan
keberaadaan mlogika dan perasaan yang ada dalam dirinya.
Comments
Post a Comment