Cinta adalah sebuah kata yang mampu mewakili segalanya. Cinta bisa
menumbuhkan segala rasa lainnya. Berawal dari cinta, kata tidak mungkin menjadi
mungkin.
Ada banyak lahan untuk ditanami cinta. Otak manusia berfikir rasional, hati
manusia berfikir dengan mengedepankan perasaan. Cinta bisa tumbuh di kedua
lahan itu.
Entah bagaimana rasa cinta bisa tumbuh? Mungkin cinta tumbuh bersemayam
dalam waktu. Atau cinta tumbuh di antara ingatan yang tak ingin melepaskan diri
dari manisnya kenyataan. Lalu bagaimana dengan cinta yang berawal dari benci?
Terdengar mustahil, tapi banyak yang membuktikan kekuatan itu. Ya, cinta
mengalahkan benci. Tepatnya, cinta tumbuh setelah ada rasa benci.
Naluri seorang wanita berbeda dengan pria. Pada dasarnya, wanita adalah
yang dicintai dan pria adalah yang mencintai. Perbedaannya hanya terletak pada
fungsi mereka sebagai objek dan subjek. Bagaimana dengan wanita yang mencintai?
Lalu bagaimana pula dengan pria yang ingin dicintai? Terkadang ada seseorang
yang mencintai seseorang tapi ia tidak berani mengungkapkannya. Bagaimana
dengan orang macam itu?
Ah, terlalu banyak kalimat yang mengungkapkan tentang betapa
membingungkannya si cinta. Sayangnya, kalimat-kalimat itu tak ada yang mampu
menjelaskan dengan terang apa itu cinta. Apa itu cinta hanya bisa dijawab oleh
orang yang mempunyainya. Dan ketika orang itu ragu apakah yang ia punya adalah
cinta atau bukan, orang itu tidak selayaknya mendapatkan rasa cinta. Cinta
tidak untuk orang yang hanya bermain-main. Cinta untuk orang yang memiliki
cinta.
Pertanyaannya adalah, apa itu cinta? Bagaimana itu cinta? Apa yang membuat
cinta bisa merubah seseorang, bahkan sekelompok orang? Siapa cinta sebenarnya?
Tuhan?
Cinta adalah pengorbanan, katanya.
Cinta adalah perasaan di antara dua orang yang saling menyayangi.
Cinta adalah rasa rindu dan sayang yang bercampur menjadi satu.
Cinta adalah rahasia Tuhan.
Cinta adalah benci yang tertunda.
Cinta adalah suka yang tumbuh menjadi kagum. Lalu kagum tumbuh lagi menjadi
rindu. Ketika suka, kagum dan rindu menjadi satu, itulah yang dinamakan cinta.
Dan masih banyak lagi deskripsi cinta oleh para penikmatnya. Bagaimana
denganmu? Apakah kau pernah berkenalan dengan cinta? Apakah cinta itu indah?
Apakah cinta memang seindah kata para pujangga? Atau justru sebaliknya? Cinta
adalah monster yang akan memakan manusia. Monster yang berwujud malaikat.
Datang dengan kebaikan dan akhirnya menusuk penikmatnya dari tempat yang tak
pernah terduga. Apakah cinta punya sisi buruk? Ayo jawab!
Hai... Hari ini aku menceritakan cinta entah pada siapa. Saat ini aku
sedang mengeluhkan tentang cinta tanpa ada yang mendengar. Dan ketika aku
bicara soal cinta, apakah itu pertanda aku mulai mengenalnya? Apakah aku sudah
mengenal sosok tak berwujud yang kerap disapa cinta itu? Mungkin aku sudah
mengenalnya. Hanya saha dia yang tidak pernah mengenalku. Mungkin ia tidak tahu
aku ini ada. Atau ia memang tak ingin tahu keberadaanku.
Aku manusia biasa. Aku punya hati. Aku punya akal dan pikiran. Aku seperti
kawan-kawanku yang lain. Aku sama dengan mereka. Aku punya kelemahan juga
kelebihan. Walaupun aku tak tahu kelebihanku apa, yang pasti aku ingin
menunjukkan bahwa aku memang patut untuk dipuji.
Aku mempunyai apa yang manusia biasa punya pada umumnya. Hati, akal,
pikiran, aku punya itu. Yang membedakan aku dengan yang lain adalah...
C.I.N.T.A
Aku belum mengenal apa itu cinta. Aku tak tahu apakah cinta pernah bertamu
di hatiku atau tidak. Dan aku lupa bagaimana awal pertama aku mendengar kata
cinta. Begitu mudah alu melupakan cinta. Mungkin itu yang membuat cinta tak mau
lagi mengunjungiku. Maaf.
Untuk hatiku, maaf aku tidak pernah menyiramimu dengan cinta. Ku lihat kini
engkau tandus. Bunga-bunga yang dulu tumbuh subur kini layu. Rerumputan yang
biasanya berselimut angin sepoi-sepoi sepertinya sudah tiada. Kasihan sekali
kau hati. Kau jatuh pada tangan yang tidak tepat.
Untuk akal dan pikiranku, aku juga minta maaf karena telah membuat kalian
bekerja keras. Aku selalu menuntut kalian untuk berfikir maksimal. Padahal aku
tahu, kalian mungkin lelah.
Untuk masa depanku, tunggu aku di sana. Ku titipkan kau pada Tuhan. Tuhan
akan memelukmu. Dan ketika nanti aku merasa dekat dengan Tuhan, aku akan
memeluk-Nya. Juga engkau.
Terakhir untuk masa laluku. Terima kasih telah hadir. Kau memberi warna di
hidupku. Kau memberi banyak warna dan rasa di ingatanku. Sayang sekali, kita
tak bisa bertahan. Lalu, muncul pertanyaan. Bagaimana jika engkau pula yang
akan menjadi masa depanku? Apa kau mau? Tidak usah repot-repot menjawab. Aku
sudah tahu yang kau pikirkan.
Catatan ini hanya sebatas lamunan seorang mahasiswa akhir yang sedang buntu
dalam mengerjakan skripsinya. Semoga catatan singkat ini bisa menjadi warna di
kemudian hari.
Semangat nykripsi!!*
*khusus untuk mahasiswa dua digit
Comments
Post a Comment