Ah selamat pagi buta semesta! Seperti biasa, tidurku selalu terbangun tak menentu. Khusus hari ini mungkin efek kemarin, trip seharian melepas penat agar terlihat baik-baik saja. Sebelumnya bertemu kawan lama sampai tengah malam, tidur, bangun di angka 3, mandi, berangkat. Maksud hati ingin membayar hutang tidur, kok masih saja terbangun di tengah malam begini. Lalu, hal yang paling membuat kesal muncul. Sama dengan malam-malam sebelumnya. Dia.
Ini yang aku benci dari terjaganya aku di malam gelap. Bayangan-bayangan itu selalu muncul. Aku ingin mengalihkan. Membuka laptop, bermain game, atau sekadar cuci muka. Tapi bayangan tetaplah bayangan. Aku tak bisa mengusirnya begitu saja. Ia akan tetap ada walaupun kadang tidak tampak. Bagaimana sekarang? Apakah bayangan itu bisa hilang? Tentu tak sesederhana itu. Ya, begitu rumit kurasa. Entahlah. Mau dijalani tapi... Cinta. Apa itu cinta? Banyak orang bilang cinta tapi mereka tak tahu artinya. Banyak orang berkata cinta tapi perilakunya berkebalikan. Banyak pula meneriakkan aku cinta kamu tapi tak bisa menjaga perasaan orang yang katanya dicintainya. Itu cinta?
Bicara soal cinta tidak akan ada habisnya. Di satu sisi orang mengagungkan betapa suci cinta. Tujuan dari semua segi kehidupan. Di sisi lain orang ingin mendapatkan cinta dengan melakukan apa saja. Segalanya. Sisi lain lagi memandang cinta adalah hampa tanpa harta. Begitulah. Banyak sisi yang muncul. Lalu apa sebenarnya cinta? Siapa dia? Apakah seseorang yang begitu baiknya pantas mendapatkan cinta padahal dengan cinta ia terluka? Apakah makhluk bertopeng manusia yang naif dengan kesalahannya juga layak berkata cinta? Apakah seorang yang hidup di jalanan tidak bergelimang harta juga pantas mendapatkan cintanya? Pertanyaan intinya bukan itu. Ketika menjalin hubungan asmara, apa yang kita cintai dari pasangan kita?
Cinta. Aku jadi berpikir, berapa kali aku berkata aku cinta kamu pada orang yang aku cintai. Mungkin bisa dihitung dengan jari atau bahkan tidak pernah sama sekali. Kenapa begitu? Karena sungguh mulut ini bungkam di hadapannya. Seperti biasa, kupandang ia lekat-lekat. Kuselami bola matanya. Ingin kucari tahu kenapa aku jatuh hati padanya. Sayang, aku tak menemukan jawaban. Semua terjadi begitu saja tanpa aba-aba dan tanpa tanda. Sesederhana itu.
Begitu sederhana sampai kata cinta hanyalah topeng belaka. Aku terbuai olehnya. Ketika tahu semuanya, hati ini hancur seketika. Cerita manis yang aku anggap nyata ternyata tak lebih dari omong kosong saja. Ia berkata cinta tepat di depan mata, tapi di belakang ia ada dengan yang lain. Harus kemana luapan emosi ini tercurahkan sementara air mata telah habis dibuatnya. Dengan apa aku bisa lupa tentang semuanya? Apa kabar diriku yang sedang menderita tentang luka yang masih menganga? Setidaknya aku paham. Melalui luka ini aku pernah jatuh cinta, sangat dalam. Yang ketika ditanya kenapa aku jatuh padanya, aku tak tahu jawabannya. Tak ada alasan kenapa aku mencintainya. Aku hanya ingin selalu bersamanya, membahagiakannya, mengajaknya tumbuh menjadi pribadi dewasa. Cintaku terlalu sederhana sepertinya. Sekarang, beberapa untaian sajak akan mengaliri sepertiga malam. Dan akan selalu sama.
Comments
Post a Comment