Sahabat paling dekat saat ini adalah kenangan. Aku tak pernah tahu kapan ia muncul dan hilang. Ia hadir tanpa tanda. Tanpa isyarat. Apakah karena hujan, musik, atau bahkan ketika mencium bau suatu parfum. Terkadang ingatan-ingatan itu membuat semuanya mundur seolah aku kembali pada waktu itu.
Apa kau juga merasakan hal sama? Aku tak yakin. Lama tak berkabar denganmu membuat gundah mereda. Sayangnya aku tak bisa memilih kenangan mana yang menetap di kepala. Selalu isi kepala ada tanpa permisi. Bahkan tentang namamu, tak ada yang terhapus sedikitpun. Meski keinginan kuat melupakan berjalan beriringan.
Saat aku memikirkan ini, wajahmu terlintas. Kemudian aku bertanya apakah kau mengalami hal yang sama? Ataukah hanya aku saja yang tak bisa melangkah? Seberapa jauh kaki menginjak, kau tetap menjadi rumah kuberpulang. Seberapa lapang jarak kumemandang, kau tetap menjadi tujuan. Dan seberapa banyak hati yang hinggap, kau menjadi yang paling tak tergantikan.
Begitulah adanya. Aku yang padamu tanpa batas. Kamu yang membuat segalaku utuh. Tak perlu jauh-jauh, jika kapal sudah menempuh, selalu ada dermaga tempat ia berlabuh. Barangkali di tempatmu satu-satunya aku menanam sauh.
Comments
Post a Comment