Skip to main content

Surat Untukmu dari Masa Depan


Hai, kepadamu aku ingin selalu bercerita. Tentu kau ingat bagaimana mengajariku menjadi seseorang yang mampu mengungkapkan segalanya. Perasaan khususnya. Benar adanya bahwa kaulah yang mengubah semuanya. Kuakui kau mampu menenggelamkanku pada rasa percaya. Hal itu berbanding lurus dengan segala kecewa. Lucu sekali bila sampai hari ini aku masih jelas mengingatnya. Tertawalah. Aku tak akan menyangkal. Lagipula kau memang terlibat.

Ingin kusudahi semua tentangmu. Ternyata tak semudah yang kuduga. Kaki yang terluka ini harus dipaksa melangkah. Mata yang sayu ini selalu siap membendung air mata. Bibir ini tak habis berdoa meminta luka di dada segera sirna. Sekali lagi, berbenah membutuhkan rasa kebal dari jengah. Biarlah semestaku menikmati senja-senja baru tanpamu. Meski tak melupa, setidaknya izinkan aku merelakanmu, serta yang sudah-sudah.

Terkadang aku ingin menertawai semua ini. Betapa bahagia dapat musnah dalam sekejap mata. Berkuasalah duka dengan segala nestapanya.

Rindu? Barangkali.

Kubiarkan luka mengalir apa adanya. Ada kalanya di tepian jalan aku berhenti dan memandanginya. Wajahmu seketika muncul melintas tanpa kuminta. Senyummu menggetarkan. Rasa ini masih sama. Pun nyatanya aku tak bisa bersikap biasa saja di depanmu. Kau tahu itu. Kau memahaminya.

Sekarang apa yang akan aku lakukan? Aku hanya ingin bangun tanpamu. Sungguh betapa tinggi khayalku meminta lupa. Lupa akan semuanya. Semua tentangmu, tentang hal-hal manis yang pernah terjadi, tentang banyaknya derita yang ada. Dengan tangan terbuka kubiarkan waktu menghapusnya. Sayang sekali, ia tak bisa bekerja sama. Kenangan itu masih terbingkai erat sedekat nadi. Yasudah.

Disertai berbagai olahan rindu dan kopi, kupersembahkan satu cerita dengan kamulah tokoh utamanya. Ubahlah alurnya seperti apa yang pernah kita mimpikan berdua. Tentang kita, aku memilih menyerah. Namun, sekali lagi, kau tahu betul bagaimana aku menyikapi kehadiranmu. Jika kau bertanya lagi adakah pengisi tema tulisanku setiap tengah malam, kau tak perlu mendengar jawabnya dariku. Kau sudah tahu jawabannya.

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?