Skip to main content

Posts

Perancis Menengah Atas

Minggu, 21 September 2014 menjadi hari yang istimewa bagi seluruh pembelajar bahasa Perancis di Semarang. Pasalnya, murid-murid SMAN 2 Semarang yang bergabung dalam Bonjour Chers Amis (BCA), sebuah ekstrakulikuler bahasa Perancis, menyelenggarakan acara bertajuk La Petite Partie de France. La Petite Partie de France ini bertujuan untuk mengenalkan budaya-budaya Perancis kepada seluruh pembelajar dan pecintanya. Kuliner menjadi salah satu pilihan dalam mengisi acara tersebut. Tersedia banyak stan makanan khas Perancis yang dapat dinikmati pengunjung hanya dengan merogoh Rp 15.000,- saja. La Tour Eiffel yang menjadi salah satu bagian dari keajaiban dunia tak ragu berdiri kokoh di tengah area aula SMAN 2 Semarang. Salah satu ikon negeri romantis itu menjadi tokoh utama dekorasi acara ini. Untuk memotivasi siswa dalam belajar bahasa Perancis, panitia mengadakan lomba bahasa Perancis tingkat SMA sederajat sekota Semarang. Lomba yang terdiri atas lomba membaca nyaring, membaca dongeng...

Sajak Mati

Engkau, Lama sudah kita tak bersua Entah sejak kapan sajak-sajak ini membentang Bagaimana tidak, Kau yang dulu sempat ku miliki kini menghilang Sajak ini tak lagi bersuara Butiran rindu ini tak lagi mengotori jendela hatiku Bahkan mentari tak lagi bersinar untuk kita Tapi ketahuilah Aku tersenyum untuk seseorang Aku menangis untuk seseorang Semua perasaan itu hanya untuk seseorang Seseorang yang mampu membuka pintu hatiku dengan kunci yang ia bawa Ia yang mampu membuatku tersenyum saat melihat senyumnya Ia yang membuatku menangis saat dirinya terluka Sekarang, ia sudah pergi Pergi jauh membawa kunci itu Pintu ini semakin usang tanpanya Rapuh...

Just Drawing My Self

Gugur Pahlawan Kesatria Tanah Rempah

Ungu dan Goa Kreo

The Legend of The Purple Kingdom

Ungu, satu warna yang bisa mengubah segalanya. FBS, tiga huruf yang mampu menggetarkan hati. Aku di sini, di FBS, tempat para kesatria ungu bernaung. Hampir empat tahun lalu aku masih menjadi anak ingusan yang tak tahu apa-apa. Dengan wajah polos, aku memasuki gerbang istana ungu ini. Aku tak tahu kejutan apa saja yang akan aku dapatkan di sini. Dan ternyata, singkat kata, aku mendapatkan segalanya di sini. Teman, keluarga, sahabat, segalanya. Hidupku yang dulu biasa saja kini menjadi luar biasa berkat ungu yang telah bersemayam dalam nadiku. Terima kasih FBS. Tidak ada yang lebih menggetarkan selain meneriakkan "LUAR BIASA" bersama kalian.

Mengenal Menulis

Menulis adalah salah satu hobiku. Menulis dapat menjadi keahlian kebanggaanku. Aku suka menulis dari kecil, tepatnya saat usiaku 7 tahun. Puisi sederhanalah yang aku tulis. Dengan pola pikir seorang anak 7 tahun yang menapaki bangku kelas 4 membuatku tampil berbeda dengan teman-temanku yang lain. Selisih 2 tahun dari mereka tak membuatku merasa minder. Justru hal itu yang membuatku harus melebihi mereka. Tak peduli apapun aku harus menjadi anak yang mempunyai kemampuan lebih dari teman sekelas. Aku dikenal sebagai anak yang pandai dan moody di kelas. Jika aku menyukai pelajaran dan gurunya, aku akan mendapat nilai yang tinggi. Tapi jika yang terjadi adalah yang sebaliknya, aku bisa saja mendapat nilai terendah di antara teman-temanku. Bosan dengan bidang akademik, aku mulai mencari hobi baru. Menulis adalah pilihanku saat itu. Ketika ulang tahunku yang ke-7, ibu memberiku sebuah buku diary. Buku kecil bergambar Hello Kitty itu terlihat cantik dengan kemilau di covernya...

Gelegar Keheningan

Hal terindah di dunia ini bukan lagi sekadar fiktif belaka. Berada di antara mimpi dan realita, aku mencoba menyambangimu. Dari garis yang entah di mana, aku melihat kedua sorot matamu. Menunggumu berjalan menghampiriku dan tersenyum padaku. Indah bukan? Ya, bahagia itu cukup sederhana. Aku melihat kau berjalan pelan. Sejenak mata kita saling bertatap. Aku masih menunggu senyum manis tersungging di bibirmu. Tuhan, sepertinya aku menggila! Angin sepoi-sepoi mengibarkan rambutmu pelan. Tentu saja itu menambah betapa eloknya engkau. Tanganmu lalu merapikan rambutmu yang tertiup angin. Beruntung sekali angin itu, seenaknya saja membelai rambut pujaanku. Detik demi detik berjalan seirama dengan langkah kakimu. Namun tak senada dengan detak jantungku yang semakin kencang. Aku masih menunggumu. Alih-alih, aku membuang pandangan darimu agar kau tak tahu apa yang sedari tadi ku lakukan. Ku lihat kanan kiri, mencoba menenangkan perasaan dan mengatur nafas yang memburu. Ah, hanya...