Skip to main content

Posts

Barangkali...

Selamat malam, kamu. Apa kabar? Kau merindukanku? Kau tahu, mungkin orang-orang di sekitarku mengira aku baik-baik saja. Nyatanya tidak. Namamu terlalu melekat. Hanya engkau yang selalu terbayang saat aku tidak melakukan apa-apa. Malam hari sebelum lelap, kau kembali mengisi. Usai membaca buku, lagi-lagi kau hadir berlarian tanpa arah di dalam alam bawah sadarku. Barangkali dengan begitu, kenangan menjadi alasan hati ini masih mampu menerima dan memaafkanmu. Ya, itu adalah kebodohan paling sengaja yang kubuat. Apakah rasa itu masih ada? Apakah rindu masih menjadi tiang utama menjalin segala yang pernah? Aku percaya, perihal mencintaimu, aku bisa melakukannya dengan segera. Tanpa aba-aba. Tanpa kau meminta. Semua terjadi begitu saja. Semesta selalu tahu cara mengatur sebuah perasaan yang belum sirna. Barangkali dengan begitu, kita menjadi pasangan paling beruntung di dunia. Tak perlu tertatih dan merangkak terluka, semuanya baik-baik saja. Lalu kita akan menjadi ratu dan raja pengua...

Lelah yang tabah

  Perasaan kosong Getir Menyisa kata lalu Berkelebat hebat Menyambangi tiap detak   Pandangmu berkisah Senyummu kembali berulah Aku melihat pasrah Dalam dada menghembuskan lelah    

Seuntai Harap Menjelang September

Aku mencintaimu tanpa sebab. Memelukmu setiap malam diiringi doa munajat. Segala bentuk berkas cahaya mewakili berbagai rasa. Kagum, rindu, entah tampak berliku. Senyum Nampak tercipta setiap aku melihat dirimu. Jengkal demi jengkal indahmu barangkali boleh kuanggap mutiara. Hanya aku yang pantas memilikinya. Malam ini sengaja kuliburkan mata. Enggan menodai senja dari makhluk luar biasa sepertimu. Kau adalah kau. Tak kubiarkan pula senja mengganggu tempat duduk kita. Senja adalah senja. Kau dan senja tak boleh bersama. Aku tak sekuat itu. Aku terlalu kacau di hadapan kalian, Sayang. Larut petang kumanjakan telinga dengan asupan karya-karya Dave Kov. Raguku mengaku kau tak paham kegemaranku. Alunan melodi apa yang masuk akrab di telinga. Kecap masakan apa yang bersedia hinggap di lidah. Warna langit apa yang mampu menarik mata tanpa enggan berkedip. Tak apa. Kau punya dunia. Di dalam duniamu ada aku yang fana. Langit bumiku mengatasnamakan kau. Jauh pada senyum simpulmu, berbag...

Lembar-Lembar Rasa

Mencintai seseorang begitulah menyenangkan. Bagaimana tidak? Dengan memandangnya dari kejauhan, bergetar rasa di dada. Semakin besar irama detak jantung seiring dengan waktu mendekatnya dia. Senyumnya membuat kaki melemas. Hanya matanya yang mampu menimbulkan efek bius setara dengan tinggi langit ketujuh. Sesederhana itu. Ya, aku mecintainya dengan sederhana, dengan caraku. Lembaran-lembaran hari tertulis sempurna. Ada cerita di mana aku dengannya mengendarai motor berdua, berboncengan memamerkan kepada seluruh isi jalanan bahwa kami sedang bahagia. Sesekali tangannya kuat mengait jemariku. Di saat sama, kami juga bernyanyi lagu-lagu ceria tentang cinta. Aku ingin dunia tahu kami sedang jatuh cinta, sedang sayang-sayangnya. Bahagia bukan berarti tiada perselisihan. Beberapa kali kami beradu pendapat. Entah tentang aku yang gila kerja, ia yang menungguku makan, atau tempat mana yang dikunjungi ketika malam minggu. Lucu. Adapun pertengkaran hebat melibatkan batin. Muncul manusia-ma...

Datangmu dalam Petangku

Tak ada mimpi yang berujung. Kau datang dengan caramu. Memaksa mata memandangmu. Di dalam mimpi kau tak tanggal. Mengikuti jauh sampai samudera. Sayu cara pandangmu. Dan, melepasmu aku tak mampu.   Jangan pergi. Aku mau. Add caption

Pembunuh Itu Bernama Rindu

Segenap bintang menyiratkan cahyamu. Rembulan memucat. Angin menderau. Kali ini hujan mengalah pergi.   Hai... Aku tak sanggup menatapmu. Sungguh. Berburu kutekan tombol Kembali di layar ponselku. Sungguh. Kau membius.   Udara membeku. Waktu mengerdil. Semesta tertawa. Lalu hatiku kelu.   Engkau terlalu jauh. Tanganku tak sampai. Jahat benar dunia. Tiada bantu seorang anak yang perlahan merapuh.

Rindu yang Lucu

Perkara merindukanmu aku tak pernah kenal rasa lelah. Kepada angin aku titip peluk. Kepada bintang aku sematkan kecup. Melalui lagu aku rapalkan doa. Semoga engkau merasakan. Malam kali ini tidak cukup gelap. Ada seberkas cahaya di antara semua gulita. Lentera demi lentera sukarela mengembara. Menjemput hati yang tengah tersesat di belantara. Rindu katanya. Angkasa tertawa mendengarnya. Langit tak kuasa menahan gemuruh tawa hingga meledak nebula-nebula kecil antariksa. Angin begitu riang hingga ombak sekian meter tak sengaja dibuatnya. Selucu itukah?