Persahabatanku dengan kenangan sangatlah dalam. Ketika aku ingin melepasnya, ia begitu larut. Ketika aku merindunya, ia siap dengan tangan terbuka. Aku mencumbunya.
Ia begitu diam. Ia pandai menyimpan cerita. Kala senja meronta, ia kadang berkidung tentang kisah yang aku tulis di setiap inci tubuhnya. Saat aku ingin bermanja dengan malam, ia datang tiba-tiba dan berbisik mesra. "Aku ada dimana-mana" katanya.
Manusia mana yang tak butuh kawan. Sediam-diamnya seseorang, hati akan sepi tanpa nada dan cerita yang berdatangan. Setangguhnya seseorang, adalah ia yang berhasil bertahan tanpa seorang di sampingnya.
Ialah kawanku. Kawan yang setia terbuka untuk kugoreskan tinta. Kawan yang tahu baik buruk seorang Prima. Ia, kawan yang siap menerkam kapan saja. Ia ada.
Comments
Post a Comment