Langit malam ini cukup cerah. Sedikit berawan, tapi setidaknya aku bisa melihat kerlip gemintang. Bintang yang tahu bagaimana aku bercerita. Bintang yang tahu bagaimana aku bercengkerama. Bintang yang tahu bagaimana aku meneteskan air mata. Untuk malam ini.
Angin berbisik pelan. Namamu ikut dibawanya. Pelan-pelan ia masuk dan mengiang. Menggema seenaknya di kepala. Kau datang kapan saja bersama berbagai bisik alam. Entah seberapa jauh aku mengenalmu, kau ada di setiap aku berada. Bukan kau, hanya tentang engkau.
Malam ini cukup dingin untuk hati yang sedang hangat-hangatnya terjatuh di dalam cinta. Diiringi satu lagu yang sedang aku suka, 'Dia' dari Anji, malam ini berlalu. Melodi berbagai instrumennya membuat malamku pilu. Kau tahu, tentu karena mengingatmu.
Setiap kutengadahkan kepala ke kelamnya langit, ada harapan terbesit. Harapan sederhana. Mungkin tiada artinya. Tapi, sesederhana apapun harapanku, akan terlihat istimewa jika itu tentang engkau dan terkabul pada engkau juga. Tak lain, harapan itu untuk engkau.
Tak usah kutulis harapan itu disini. Bila kau membaca ini, cukup lihat saja dari mataku. Semua akan tampak jelas. Jika kau tak juga membaca ini, tak apa. Mataku akan menyimpan rasa yang sama ke depannya. Walaupun tak jauh sama dengan sekarang, ada kejujuran tentang takut kehilangan di mataku yang tak mampu kuungkap dengan kata-kata.
Lihat mataku. Selami dia. Buatlah sampan kecil yang berlayar di kelopak putih mataku. Sampailah kau pada pupilnya. Lihat, seberapa banyak mataku hanya ingin memandangmu.
Selamat malam, selamat tidur engkau.
Comments
Post a Comment