Saat seperti ini rindu terasa amat berat. Pasalnya rindu ini seharusnya bukan milikku. Peraduannya lepas sudah. Aku hanya serpihan masa lalu yang siap terbuang, tanpa dikenang.
Jamuan malam selalu sama. Apakah aku mencintaimu teramat sangat? Jika itu benar, kenapa kau selalu bilang kita adalah sebuah kesalahan? Mengapa pula kita berujung pisah? Tak bisakah kita melangkah menuju masa depan yang megah? Tanda tanya biarlah terjawab oleh semesta.
Jika dulu kita adalah sepasang senja dan jingga, sekarang kita menjelma menjadi siang dan malam. Jika dulu kita adalah bintang dan malam, sekarang kita hanyalah mentari dan hujan. Jika kemarin kita adalah dua hati yang saling mengisi, kini kita adalah sepasang nurani yang diam-diam pergi.
Aku sering meminta waktu berputar mundur. Bukan untuk memperbaiki segalanya, melainkan bagaimana caranya agar aku tak bertemu denganmu. Lalu aku tidak mengenalmu. Dan aku tak akan menjadi pecundang yang kian murka akan betapa agungnya kata cinta.
Cinta. Karenanya luka ada. Mereka datang beriringan seperti kopi dan gula. Kopi adalah kopi, gula tetaplah gula. Pun cinta adalah cinta, luka juga luka. Mereka berbeda tapi sering bertemu dan tersaji bersama.
Comments
Post a Comment