Menjelang pergi. Apakah nanti kita akan merasa hilang? Apakah aku akan merasa kehilangan? Apakah juga sebaliknya? Atau apakah mungkin tidak terjadi apa-apa? Waktu semakin mengajarkanku untuk pasrah. Meski rela sulit terbuka.
Bersamamu tenang. Duduk berdampingan, tidak melakukan apa-apa, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesederhana itu. Sesekali kucuri pandang. Matamu, senyummu, teduh. Tak henti aku memujamu. Tak lelah aku menatapmu. Segalaku tertuju padamu.
Kau tahu, inginku begitu kuat memilikimu. Rinduku tak bertepi pada dermaga lain selain hatimu. Alunan lagu senja tertuju padamu. Aroma kopi hangat perlahan ikut membisikkan namamu. Lantas kusruput pekatnya. Sontak dada bergejolak. Tubuh ini telah mengalir deras darahmu, kasih.
Begitu adil semesta raya. Ia menyuguhkan keindahan tiada tara. Pesona tiada dua. Ciptaan maha mulia. Keagungan mengangkasa. Cinta. Hai semesta, berbisiklah padanya. Bawa aku larut di nadinya. Sampaikan cumbuku pada peluhnya. Hadirkan pelukku di letihnya. Jagalah ia. Aku perlahan tiada.
Comments
Post a Comment