Pagi hari. Mungkin aku bukan orang pertama yang ucapkan selamat tahun baru untukmu. Perlukah itu?
Menyambut awal baru, aku ingin mendampingimu. Berdua denganmu tanpa ada masa lalu. Dengan hati yang benarbenar baru. Sebab menerimamu bukan berarti siap menerima romansa ceritamu.
Jauh di dalam raga ini masih ada luka yang belum terobati. Kau pasti tahu betul bagaimana terciptanya. Bagaimana bisa duka itu begitu lara. Ia singgah dan menetap entah berapa lama.
Lama tak bersua, kau hadir membuka kisah lama. Aku ingin biasa saja. Ternyata aku tidak bisa. Aku belum bisa biasa saja di depanmu. Selalu ada celah kau masuk ke dalam hatiku. Tak peduli berapa lama kau pergi. Kau selalu tahu cara kembali.
Kita. Kembali menjadi kita adalah pilihan yang begitu berat. Aku tertawa bersamamu sambil mengenang perihnya nestapa. Aku berharap selamanya kau bersamaku sambil sesak dada mengingat tangis yang mengiris. Ada duka di balik tawa. Luka bersembunyi di belakang canda. Setiap kata demi kata bahagia, ada takut menghantui. Itulah sebab api menyulut tiba-tiba saat kita bersama.
Banyak hal kembali aku semogakan setelah doa-doa itu aku hapus. Semesta mengirimmu padaku tentu bukan tanpa alasan. Ajak aku menggenggammu. Buat aku tergila-gila lagi padamu. Ambil percayaku berpusat padamu. Yakinkan mata ini agar hanya menatapmu. Peluk raga ini agar tak berpaling darimu. Meski di satu kesempatan, kembali luka akan menjadi raja.
Comments
Post a Comment