Skip to main content

Posts

Buat Kamu yang Ingin Kulupakan

Kenapa melupakanmu begitu berat? Apakah aku masih setia pada masa lalu? Tak bisakah kupandang lurus ke depan? Sayang, kau selalu hadir di setiap sudut mata memandang. Harap kata ingin melepaskan, yang ada ternyata hanya lelah. Ingin diri merelakan, apa dikata hati masih sayang. Doa lekas melupakan, tapi rindu tetaplah rindu. Candu tetaplah candu. Rindu dan candu menyatu. Kamu.

Berawal dari Hujan

Hujan. Apakah kau sama merindu? Tentang kita dan hujan. Malam pertama menghabiskan waktu bersama. Di bawah tenda beralas tikar. Pukul 12.00 malam kita bercengkerama. Membunuh waktu. Berteduh lelah. Hujan dengan deras membanjir. Kau dan aku masih setia berbekal seporsi mie rebus. Dingin di luar. Ada hangat menyelimut diam-diam. Di antara perbincangan sederhana. Berbalut tatap mata manja. Berakhir senyum sipu. Membekas rindu. Akhirnya kau mencandu.

Masih Ada Derita

Tubuh sandaranmu rapuh. Hati naunganmu murka. Masih kau mencinta? Luka disana sudah mereda? Bisa kau megajarinya tertawa? Yang pernah kau cinta kini merana. Nestapa mengusik. Derita di ujung malam berujung candu. Masih ada rindu untuk pilu. Tidak. Ini bukan rindu. Rindu padamu sudah habis kau bumiratakan. Mari berpisah. Aku lelah.

Antara Hati dan Tuannya

Masih sama seperti malam-malam sebelumnya, aku terbangun. Entah kenapa. Sebenarnya apa yang mengganggu tidurku? Aku bahagia? Biasa saja. Aku bersedih? Tidak juga. Lantas apa? Secara teratur dan berirama, malam mampu membangunkan lalu membuat terjaga. Di mimpi mana sekarang aku hidup? Aku bercengkerama sebentar dengan hati. Apakah ia masih terluka? Apakah ia masih belum berdamai dengan keadaan? Apakah ia belum bisa memaafkan? Entah, katanya. Apa yang ia mau? Tak ada, katanya. Apa yang terjadi? Bukan apa-apa, hanya mencoba melangkah dengan kaki terluka, katanya. Oh ternyata masih ada luka. Tak apa, paling tidak ia tidaklah mati rasa. Itu jauh lebih menakutkan. "Hai hati, tempat aku merasa segalanya. Masihkah engkau melibatkan putus asamu kemarin? Tak bisakah kau kunjung pulih lagi? Apakah terlalu sakit yang kau derita hingga sembuh tiada kau dapat sampai sekarang? Masihkah ada sisa rasa percaya di sana? Walaupun bukan untuk orang yang sama, setidaknya milikilah untuk orang lain. K...

Rindu Akan Semu Bila Tiada Temu

Subuh kali ini aku merindu seseorang. Seseorang yang aku harap ada. Seseorang yang tak pernah lelah menyemangati walau sesungguhnya ia pun lelah. Seseorang yang mampu membuatku menjadi segalanya. Aku merindunya. Malam demi malam aku memimpikannya. Mungkin karena ini suasana hati jadi berubah tak menentu. Ya, karena rindu yang menggebu. Lama tak bersua menjadikan hati berdebar jika mengingatnya. Satu persatu bulu mata jatuh. Kata orang itu pertanda ada yang merindukan. Kuharap ia juga sama merinduku. Rindu akan semu bila tiada temu. Bukan begitu? Aku ingin berjumpa dengan dia. Memandang matanya, tersenyum bersamanya, bercanda bersama, melakukan semuanya dengannya. Salah? Kurasa tidak. Aku ingin dia. Engkau, apa kabar? Lama tak bersua. Kau baik-baik saja? Semoga engkau tak kurang suatu apa. Ada namamu terhembus di sela tengadah tangan pada-Nya. Aku merindukanmu. Ibu. Dari anakmu yang belum bisa apa-apa.

Jingga yang Begitu Getir

Malam demi malam berlalu. Gugusan bintang nampak begitu agung perkasa di atas sana. Bulan juga dengan anggunnya sinarkan lembutnya. Di hadapanku ada jingga tak tak pernah usai. Jingga yang berkedip bagai mata seseorang yang pernah aku cinta dengan amat sangat. Rasa yang tertanam begitu dalam. Untuk menghapusnya, tubuh ini merintih kesakitan. Sendirian. Aku berdiri tepat di sini. Diantara malam, gemintang, bisik angin, dan jingga yang selalu kukagumi. Tiada keindahan tanpa rasa sakit. Untuk melihat jingga yang sempurna, bisakah aku melihat langit diam saja? Jangan ada hujan malam ini. Bilapun air mata menetes, biarlah. Semesta sudah tahu rapuhnya seorang itu. Diam dalam kepedihan mendalam, menyayatkan luka tiada henti. Sampai kapan? Sampai waktu memberi aba-aba untuk memaafkan. Tepat di ujung jingga kugetirkan apa yang disebut derita. Akankah dunia mendengar? Aku tak peduli. Bila tak mendengar juga tak apa. Masih ada cara menyampaikan keluh. Barangkali dengan sendirian, semua akan pad...

Kamu

Kamu adalah racun. Kamu begitu candu. Kamu adalah kopi yang memaksaku menenggakmu. Aku bukan penikmat kopi. Tapi aku menyukai kamu yang hadir di hidupku. Kamu adalah hujan. Kamu adalah siang. Kamu adalah surya. Kamu adalah ketiganya yang aku jumpai setiap hari. Kamu buat pelangi yang mampu mengelabuhi hati. Kamu adalah nadi. Kamu adalah sendi. Kamu adalah aku. Kamu, bunuhlah aku!