Skip to main content

Jingga yang Begitu Getir

Malam demi malam berlalu. Gugusan bintang nampak begitu agung perkasa di atas sana. Bulan juga dengan anggunnya sinarkan lembutnya. Di hadapanku ada jingga tak tak pernah usai. Jingga yang berkedip bagai mata seseorang yang pernah aku cinta dengan amat sangat. Rasa yang tertanam begitu dalam. Untuk menghapusnya, tubuh ini merintih kesakitan. Sendirian.

Aku berdiri tepat di sini. Diantara malam, gemintang, bisik angin, dan jingga yang selalu kukagumi. Tiada keindahan tanpa rasa sakit. Untuk melihat jingga yang sempurna, bisakah aku melihat langit diam saja? Jangan ada hujan malam ini. Bilapun air mata menetes, biarlah. Semesta sudah tahu rapuhnya seorang itu. Diam dalam kepedihan mendalam, menyayatkan luka tiada henti. Sampai kapan? Sampai waktu memberi aba-aba untuk memaafkan.

Tepat di ujung jingga kugetirkan apa yang disebut derita. Akankah dunia mendengar? Aku tak peduli. Bila tak mendengar juga tak apa. Masih ada cara menyampaikan keluh. Barangkali dengan sendirian, semua akan padam. Meski sakit memang akan bertambah sakit jika dipendam sendirian, apa daya seseorang yang tak punya teman? Seseorang yang tak mampu mengungkapkan perasaan. Seseorang yang hidup sendirian. Ini bukan tentang melihat seberapa menderita dia memendam sendirian, ini hanya tentang luka yang tidak terdengar. Mencari bagaimana cara menyembuhkan sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan. Apakah akan lebih baik jika melupakan? Bahkan untuk melupakan pun rasanya seperti jatuh kembali.

Minggu, 15 Januari 2017, malam dimana aku kena efek drama korea. Maafkan kebaperan ini. Hidup memang sudah drama, tak perlu didramatisir lagi. Ah dasar drama.

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?