Senja hari ini. Aku ingat, aku
pernah jatuh hati setengah mati pada seseorang. Betapa aku gila dibuatnya. Sungguh
ia yang pertama membuatku sebegini jatuhnya. Banyak yang telah singgah tak
mampu menarikku ke dalam peluk yang amat dalam. Mereka hanya mampu
mengantarkaku sampai di ambang pintu. Tak ada yang mampu menyeretku ke dalam. Berbeda
dengan dia. Sampai sekarang aku tak tahu kenapa aku bisa jatuh cinta kepadanya.
Aku tak memandang rupanya, fisiknya (yang dia selalu cemberut ketika aku bilang
gendut), materi (ah otakku tak mampu berpikir sejauh itu), entah. Aku mencintainya
tanpa alasan. Mungkin karena aku tak butuh alasan. Dan aku memilihnya tanpa
pilihan. Aku tak ingin menjadi pilihan. Begitu pula aku memperlakukannya.
Suatu hari ia bertanya apa aku
lupa semuanya. Kujawab saja tidak. Mana mungkin aku melupakan dia, orang yang
membuatku jatuh cinta teramat dalam. Orang yang mengambil segalaku. Orang yang
merubah duniaku. Mana mungkin. Butuh waktu dan kerja keras untuk itu. Sampai sejauh
ini kenangan-kenangan itu masih menggeliat manja memenuhi ruang kepalaku. Percayakah,
tepat saat aku menulis ini, aku tersenyum sendiri? Aku tersenyum pada
bayang-bayang. Dan aku berpikir, oh ternyata aku pernah sedalam ini punya rasa
terhadap seseorang.
Entah sejak kapan hubungan kami
mulai renggang. Sejak malam itu? Mungkin. Kerenggangan yang aku tahu akan
menjadi ujung, bahkan akhir. Jujur aku belum siap. Tidak ada orang yang siap
dengan kehilangan. Termasuk aku. Kisah ini berakhir saat aku sedang
sayang-sayangnya. Semesta mengakhiri ketika aku sedang merindunya dengan amat
sangat. Apakah karena itu aku belum bisa beranjak darinya? Perpisahan memang
kejam. Dengan bangga ia datang tanpa permisi. Hati mana yang siap dengan kepergian
orang tercinta? Rapuh ternyata.
Di pelabuhan senja kali ini aku
bercerita kepada angin. Biarlah angin saja yang mendengar. Barangkali bersama
tiupnya cerita ini dapat terdengar oleh seseorang di sana. Kuceritakan cemuanya.
Cukup dengan air mata. Bibir masih kelu untuk bicara. Mataku yang mewakilinya. Dan
buliran air bening tegar menetes di kedua sudutnya. “Selamat datang wahai
engkau yang pernah jatuh cinta. Selamat datang di jurang yang kau buat dengan
nestapa.” katanya.
Kamis, 5 Januari 2017, pada senja
yang mengingatkan semuanya.
Comments
Post a Comment