Skip to main content

Hati yang Terluka belum Bisa Melangkah, Tolonglah

Lama kumemendam luka ini. Luka yang tak mampu aku sembuhkan. Entah sampai kapan. Ingin aku melupakan. Tapi setiap kali memori datang, sakit kembali menyeruak bagai belati bertubi-tubi menancap di hati. Luka yang tak kusangka ada. Luka yang aku tak berdaya dibuatnya. Luka yang tak kupercaya bermuara darimu. Engkau yang aku cinta. Engkau yang aku semogakan menjadi sumber bahagia, ternyata menjadi sangkar adanya luka. Engkau yang namamu selalu terucap dalam tengadah tangan, ternyata menyisakan sesak amat sangat. Engkau yang katanya dulu kita sehati, tidakkah kau rasakan betapa dingin duniaku sekarang? Pegang jantungku, rasakan denyutnya. Sebanyak itulah engkau kuingat dan selalu membuat tetes air mata tumpah.

Kau datang saat aku butuh seseorang dan kau pergi saat aku terjatuh. Kau datang mengisi hari. Tiada malamku tanpa hadirmu. Ingat saat entah sampai jam berapa kita saling beradu lewat udara? Saat kita tiada hentinya saling berkabar. Ketika kita tertawa bersama, kadang ada perselisihan, kecupan manis di kening, ingatkah kau akan itu semua? Tak ada satu pun waktu bersamamu yang mampu kuhapus. Semua tampak melekat sempurna. Sepekat coklat yang kita minum bersama. Semua kini berbeda adanya. Kau dan aku tak lagi sama. Aku tak lagi merasakan engkauku. Kau yang berubah atau aku, aku tak tahu. Kau yang kau bilang biasa saja, tidak berubah, bukan kau yang menilai dirimu. Itu aku. Aku yang menilaimu. Sebaliknya, kau punya hak sama, menilaiku.

Tidakkah kau bisa menggenggam tanganku ini? Apakah kau bisa menguatkan aku lagi? Apakah kita bisa kembali? Ataukah aku yang telalu buta? Seolah aku hanya melihatmu di dunia ini. Aku tak melihat ke arah lain. Ajarkan aku bagaimana caranya menyembuhkan luka. Ajarkan aku bagaimana cara membuka hati kepada orang lain. Ajarkan aku bagaimana menjadi naif. Ajari aku menjadi engkau, yang bisa menghilang kapanpun engkau mau. Aku lelah berpura-pura. Aku lelah bersandiwara. Aku bukan batu karang yang tegar menantang ombak di tepian. Aku bukan hujan yang selalu datang berkawan. Aku bukan pula mawar yang selalu mekar dan beraroma manja. Aku manusia biasa yang hatinya bisa merasakan luka. Aku biasa saja, tidak sempurna. Aku bisa kecewa. Hati batu ini telah kau lunakkan. Hingga ia mudah terluka dan sulit menghapusnya.

Sekarang aku tak tahu harus kemana. Namamu masih sempurna adanya. Senyummu dengan bangga muncul di mimpi malamku. Selalu engkau datang tanpa permisi dan pergi tiba-tiba meninggalkan sesak. Langkahku gontai. Mungkin jika diumpamakan, di depanku ada jurang. Jauh di dalam sana yang kulihat hanya gelap, sunyi. Menakutkan. Untuk melangkah sampai sisi lain di depan, ada jembatan kayu. Kulihat jembatan itu mulai usang. Ada lubang di sana-sini. Tali penyangganya juga sebentar lagi putus. Mau tak mau aku harus melangkah. Ada dua pilihan. Apakah aku harus menjatuhkan diri ke jurang, dan mati, atau aku harus menitihi jembatan yang mungkin saja ketika aku di tengahnya, jembatan itu bisa putus. Tetap saja aku akan jatuh ke jurang, dan mati. Bukankah hanya ada 2 pilihan itu yang sekarang terlihat? Aku masih berhenti di ujung jalan. Aku tak tahu harus memilih cara mana jika ujungnya sama, aku jatuh ke jurang. Timbul pertanyaan, apakah aku sedang meratapi kesedihan atau aku memang telah tiada.


Jumat, 6 Januari 2017, pagi saat aku tak bisa terlelap dan hanya bisa mengingat.

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?