Malam ini langit terlihat mendung. Pendar sinar lampu kota memantul angkasa. Kutengadahkan kepala kepadanya meminta lupa. Tubuhku terlentang terhempas ke atas tanah. Rerumputan tak mampu membantuku menahan sakitnya. Kutemukan ada diri lain di hadapanku. Ia tersenyum padaku. Matanya mengingatkanku pada seseorang. Aku tak mampu berpikir apa-apa. Kupandangi ia. Bayangannya perlahan memudar. Sampai ia benar menghilang.
Tubuhku masih ada di atas hijau rerumputan. Tepat di bawah langit malam aku prosakan segalanya. Tentang engkau, aku, kita, bahagia dan luka. Semua menjadi satu dalam cerita. Melebur bersama uap embun dingin malam. Kekal beriringan udara. Satu melodi tercipta dari air mata dan cinta. Aku menyebutnya kita.
Comments
Post a Comment