Bonsoir Monsieur,
Saya adalah seorang fans beratmu. Saya tidak tahu kenapa saya bisa segila ini "mencintaimu". Mungkin karena kebetulan pemikiran kita sering sama. Saya suka gaya berpikir Anda. Berani melawan.
Anda ingat ketika Anda konser di Semarang? Saat itu SID konser dengan Saint Loco dan Endank Soekamti. Anda menginap di Dafam Hotel. Anda ingat ada seorang perempuan memakai kaos outSIDer ingin berfoto dengan Anda? Anda ingat ketika dia menjabat tangan Anda dan memperkenalkan diri?
"Bli, saya Prima", kata perempuan itu.
Anda menjawab, "Hah? Serius nama kamu Prima?"
Anda terlihat bahagia. Pun dengan perempuan itu. Lalu dia meminta Anda menandatangani secarik kertas yang dia sodorkan pada Anda. Dengan senang hati, Anda melakukan apa yang dia minta.
Tak cukup sampai di situ, si anak tadi meminta untuk merekam Anda. Rekaman itu nantinya akan dia tayangkan di acara di kampusnya, yang kebetulan dia adalah panitianya. Betapa bahagianya dia ketika Anda mau melakukannya. Iya, rekaman tentang kesuksesan acara kampusnya, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Alhasil, rekaman itu pun ditayangkannya di hari H. Sorak tepuk tangan penonton sangat riuh saat itu, setelah tayangan tentang Anda. Dia, Prima, tersenyum bangga atas kerja kerasnya mengejar Anda.
Saya rasa sampai di sini Anda tahu siapa itu Prima. Seorang anak yang nekat menemui Anda. Ya, sayalah Prima itu.
Hampir semua hal yang Anda katakan, saya setuju. Apapun itu. Tapi, ada satu hal yang membuat rasa cinta saya padanya menjadi surut. Golput.
Saya paling benci dengan orang yang golput. Ini karena keadaan keluarga saya yang pada dasarnya berasal dari dunia politik. Setiap hari saya selalu dijejali dengan berita-berita dan perdebatan-perdebatan tentang politik. Saya tidak memandang itu sebagai politik, melainkan sebagai ilmu kenegaraan. Mungkin karena itulah, hidung saya sensitif jika membau nuansa politik.
Kembali pada rasa kagum saya pada Anda, JRX, saya akui itu. Hati saya sudah digelapi oleh kata-kata pujangga milik Anda. Sekali lagi, saya cinta pada Anda, tapi saya juga benci pada Anda. Tentu saja perasaan saya ini beralasan. Cinta karena gaya berpikir Anda yang, Anda tahu sendiri lah. Benci karena Anda golput.
Kekanak-kanakan ya? Tidak menghargai hak ya? Maaf. Saya tidak suka dengan orang golput, sekalipun dia teman dekat saya.
Tenang Bli, kebencian saya ini hanya sesaat. Hanya dengan membaca tulisan penuh asmara milik Anda, kebencian sesaat itu menghilang.
Saat pertama kali saya tahu Anda golput, saya ingin menentang. Tapi niat itu saya urungkan karena saya merasa kecil. Saya berpikir bahwa suara itu tidak akan pernah didengar. Itulah nanti Anda akan tahu kenapa saya menulis ini.
Saya sangat ingin berteriak di depan muka Anda. Saya ingin mencaci-maki Anda. Kalau perlu, saya ingin membentak Anda. Saya sangat kecewa. Saya pikir, warga Indonesia yang tidak menggunakan hak pilih itu sama dengan pecundang. Dia tidak memilih tapi "sok" menjadi oposisi. Untuk apa dia menghujat pemerintah jika dia tidak menggunakan hak pilihnya? Pecundang!
Bli, bayangkan, Anda mempunyai jutaan penggemar di Indonesia. outSIDer dan Lady Rose membangga-banggakan Anda. Anda telah dianggap sebagai "Tuhan". Sekali Anda berkata-kata, kata-kata itu akan langsung meresap ke dalam pikiran mereka. Kata-kata itu seolah menjadi lentera bagi mereka. Contoh, Anda menolak reklamasi Teluk Benoa, mereka juga meneriakkan tolak reklamasi. Bagaimana jika Anda berkata golput? Apa yang akan mereka lakukan? Saya rasa Anda tahu.
Iya, mereka sudah dewasa dan bisa berpikir sendiri. Tapi bagaimana jika ada orang seperti saya? Saya yang mengagumi Anda tanpa batas, menganggap semua kata-kata Anda adalah benar, tentang idealisme dan perlawanan yang saya sukai, saya pun meneriakkan apa yang Anda teriakkan. Beruntung, dari awal saya memang menolak golput, jadi saya tahu apa yang harus saya lakukan.
Sekali lagi maaf Bli atas kata-kata kasar saya. Saya hanya menyuarakan pikiran lama saya.
Anda tahu, sekarang kebencian terhadap Anda mulai memudar. Cinta saya kembali utuh setelah mendengar Anda akan menggunakan hak suara Anda.
Yang saya tekankan di sini adalah saya tidak tahu dari mana saya harus menanggapi kegolputan Anda. Saya tidak bisa seperti Anda yang berani bersuara. Semoga dengan saya tuliskan ini, saya menjadi lebih berani untuk bersuara. Demi Indonesia di masa yang akan datang.
Bli, selamat, Anda mempunyai satu penggemar yang sangat mengagumi Anda. Seorang anak kecil yang sedang berusaha mencari jati diri. Anak kecil yang mencari tahu di mana letak potensinya untuk perubahan Indonesia.
Bli, ini permintaan saya, tolong ajari saya untuk berani melawan, seperti Anda.
Jepara, 9 Juli 2014 (menjelang pilpres)
Comments
Post a Comment