Skip to main content

Takut

Ketika sekelompok anak manusia saling mengakrabkan diri. Ketika mereka terikat pada tali yang tak terlihat. Ketika mereka saling memahami satu sama lain.

Pada hari-harinya yang berwarna, seolah ikatan tak terlihat itu menjadi lebih kuat. Tak peduli hujan atau terik menantang mereka, semua tak menjadi alasan meruntuhkan mereka. Justru itu semua menjadi pondasi kuat untuk memperkaya apa yang telah mereka miliki.

Banyak waktu mereka lalui bersama. Susah senang semua menjadi satu. Tawa dan tangis menjadi bumbu sedap persahabatan beberapa anak itu. Ada pelangi setelah hujan. Ada maaf setelah pertengkaran.

Bahagia rasanya melewati masa dengan orang-orang tersayang. Sebagaimana teorinya sebuah persahabatan yang seperti mata dan tangan. Ketika tangan terluka, mata menangis. Dan ketika mata menangis, tangan menghapus air matanya.

Seakan waktu membeku, tanpa mereka sadari sebentar lagi mereka akan mengetuk pintu perpisahan. Pintu yang paling mengerikan, untukku. Pintu yang tak pernah kuharapkan muncul di hadapanku.

Ada 3 hal yang paling aku takuti di dunia, kesepian, gelap dan perpisahan. Karena kesepian adalah bukan tentang keadaan, melainkan perasaan. Karena gelap aku tak mampu melihat keindahan apa saja di sekitarku. Dan karena perpisahan adalah jurang terdalam yang akan memutuskan intensitas pertemuanku dengan orang-orang yang aku sayangi. Berat sepertinya menghadapi itu semua.

Perpisahan, mereka yang tergabung dalam sebuah ikatan berharga ini sebentar lagi akan berpisah. Tak ada yang mampu mereka lakukan untuk menghentikan laju berputarnya waktu. Mereka pasrah. Mereka lelah. Mereka menyerah.

Kata orang, seiring dengan perpisahan, akan ada pertemuan yang lebih berharga. Bagiku tidak. Bagiku sebelum perpisahan terjadi, orang-orang yang membuat kenangan itu adalah orang-orang berharga yang kumiliki. Tidak ada orang tak berharga yang masuk ke dalam memori. Kawan atau lawan, semua sama, pembuat kenangan.

Sebentar lagi pintu perpisahan itu akan terbuka. Mereka sudah menyadarinya. Sejak awal pintu itu sudah menunggu untuk terbuka. Pertanyaannya adalah apakah mereka mampu melangkah memasuki pintu itu? Apakah mereka hanya berdiam diri di ambang pintu itu? Ataukah hanya mengetuknya saja mereka tak berani?

Siap tidak siap perpisahan pasti terjadi. Tak ada yang bisa menghindarinya. Perlahan jurang perpisahan itu telah terbentuk. Dalam, gelap dan sunyi.

Jangan takut kawan. Ada satu cahaya yang akan menerangi jurang itu ketika terjatuh ke dalam sana. Ialah kenangan.

Simpanlah kenangan itu baik-baik. Dengan adanya kenangan itu, ia telah punya satu harapan baru, pertemuan. Entah kapan mereka akan bertemu kembali. Yang pasti ada cerita baru yang siap untuk diceritakan kelak saat pertemuan itu terjadi.

Semua menunggu waktu itu tiba. Secepatnya dan serindunya.

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?