Skip to main content

Posts

Cerita sang Pecinta

Pendar jingga memberontak langit Merobek kelam selimut hati Ia masuk, memaksa, menunggu Kepada kekosongan ia hidup Di antara sesak ia menguap Rundung malam ia kejar tanpa lentera Semata agar tersesat di hati sang pujangga Petang mulai berkuasa Jingga perlahan memudar melepas Seorang yang jatuh cinta tetap menanti Saat senja datang dan pergi Kepada senja yang mengajarkannya arti menunggu dan merindu Dewi malam anggun menapaki angkasa Sinarnya lembut nan pucat Bintang bintang kecil bagai prajurit yang siap melindunginya Dengan berbagai rasi yang mereka bentuk, sempurnalah langit malam Seorang pecinta yang jatuh cinta masih diam Ia pandang kelam malam Ia temukan segugus bintang meraba matanya Indah... Terbayang wajah kekasih di ujung sana Menjelma sesak membalut dada

Tentang Diam

Merelakan adalah tugas terberat. Membiarkanmu bersama orang lain. Melihatmu melihat orang lain. Sakit dalam diam. Rasa sakit memang sederhana. Sesederhana ketika cinta muncul di hati. Bahkan karena terlalu sederhana, sakit itu dengan mudah termaafkan. Satu alasan, tak ingin kehilangan.

Incip-Incip Rasa

Mulai rindu Memikirkanmu Kau memenuhi ruang kepalaku Selalu engkau, engkau dan engkau Kau berhasil mengambil segalaku Selamat! Sekarang apa? Kau pergi? Sesederhana itu? Cinta yang dulunya kupikir melahirkan kebebasan Salah! Cinta datang dengan sakit yang ia sembunyikan Hingga waktu menjawab Sakit itu akan meluap murka Mati

Sajak di antara Malam

Ketika merindumu menjadi sebuah keharusan, melihat senyummu adalah sebuah kenikmatan dalam kepasrahan. Aku pasrah dalam perasaan. Senja yang kau buat begitu jingga. Embun yang kau cipta begitu legam tak bersuara. Fajar mengiringinya, menyambut debaran hati kala akan berjumpa. Biarlah alam berbicara. Tentang kita. Tentang aku dan engkau. Tentang kisah yang baru saja kita rangkai. Perihal makna menunggu dan merindu. Kepada malam, mereka menggema. Di antara angin mereka bersua. Dalam mimpi, yang tak ingin mereka jadikan nyata.

Mimpi

Senyummu adalah dinding pemisah antara mimpi dan hidupku. Kehadiranmu adalah mimpi yang menjadikanku nyata. Bertemu denganmu adalah imaji yang menggerogoti palung hati. Memilikimu... Seperti mimpi yang tak mau kulepas pergi. Bahkan sampai hidup ini berhenti. Pada satu titik yang kusebut mati. ~ Semarang, 17 Mei 2016 Pada dini hari yang dingin. Sedingin sikapku padamu.

Sang Juara

Sepakbola, salah satu olah raga yang aku gemari. Bukan hanya menonton, bermain pun aku suka. Dulu. Sekarang karena tak ada kawan, cukup jadi penikmat saja. Dalam dunia sepak bola, FC Barcelona menjadi tim favoritku. Kebetulan hampir semua anggota keluarga besar mendukung tim yang sama. Kami memang sehati ya? Tidak hanya sepak bola, politik juga. Cukup untuk politiknya, kita fokus ke dunia si kulit bundar. Sabtu, 14 Mei 2016 pukul 22.00 menjadi waktu yang mendebarkan. Pasalnya, FC Barcelona akan melawan Granada sebagai laga penentu juara La Liga. Di lain pihak ada Real Madrid yang menduduki posisi kedua klasemen dan hanya selisih 1 poin dari FC Barcelona yang akrab disebut Barça. Satu kesalahan, gelar akan raib. Dengan koneksi internet yang maju mundur, putus nyambung aku setia memandangi laptop untuk menonton laga penentu ini. Sambil sesekali melirik sebelah yang juga sedang berjuang. Acap kali aku berdoa aga mereka kalah saja. Wajar, fans selalu mendoakan yang terbaik untuk tim...

Cinta

Malam bergeming khitmat. Bulan gemintang tampak malu dalam balutan mega. Angin berhembus pelan membisik. Meracuni pori-pori. Mengendap ke ulu hati. Kau tahu apa yang ia isyaratkan? Ya, rindu. Di dalam hati ini ada kemelut abu-abu yang sedari tadi tiada pergi. Tanpa basa-basi ia hadir. Tanpa permisi ia mendapati seseorang sedang terjatuh. Seorang anak manusia yang terjatuh ke dalam jurang yang ia ciptakan sendiri. Dalam imaji. Kau, tahukah kau, di luar sana ada banyak gugusan bintang yang tak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Di luar sana pula ada banyak badai menerjang murka. Tapi, apa kau tahu juga, di dalam sini, di tubuh ini, di jiwa ini, ada hati yang berkilau seperti gugusan bintang dan sedang dilanda badai bak murkanya langit. Tepat di sini, kau akan rasakan detak jantung yang beriringan dengan berapa kali aku sebut namamu. Akan kau dengar pula bisikan sendu pilunya rindu menderu. Sakit dan bahagia, itulah jatuh cinta. Dua hal berlawanan yang diciptakan oleh satu hal yang...