Selembar sajak kupersembahkan pada seseorang. Orang yang tiada henti berkorban. Orang yang tiada pernah berharap adanya balasan. Seseorang paling sempurna di dunia, untukku... Ibu.
Melihat mata sayu penuh harapan
Tiada keputusasaan dalam hatinya
Peluh telah biasa berjatuhan di pipinya
Tetes keringat membasahi kelam perjuangan hidupnya
Semua rela dia lakukan demi satu orang
Anaknya...
Anaknya yang selalu mencorengkan arang di muka ibunda
Sang anak yang hanya bisa meminta
Seorang anak yang menjadi wadah harapan ibu
Kini dia telah tiada
Tiada menganggap kesucian kasih ibu
Wahai ibu,
Dengarlah rintihan anakmu ini
Tak pernah sedikitpun kau menyentuh mukaku dengan tanganmu
Kau bilang takut mengotori wajahku
Tak pernah pula kau membasuhku dengan air
Kau bilang takut mengotori tubuhku
Ibu...
Beginikah sosok harapanmu?
Tampar aku jika kau mau
Aku bukanlah apa-apa untukmu
Inilah senandung sesal dari anakmu
Ibu...
Maaf
Melihat mata sayu penuh harapan
Tiada keputusasaan dalam hatinya
Peluh telah biasa berjatuhan di pipinya
Tetes keringat membasahi kelam perjuangan hidupnya
Semua rela dia lakukan demi satu orang
Anaknya...
Anaknya yang selalu mencorengkan arang di muka ibunda
Sang anak yang hanya bisa meminta
Seorang anak yang menjadi wadah harapan ibu
Kini dia telah tiada
Tiada menganggap kesucian kasih ibu
Wahai ibu,
Dengarlah rintihan anakmu ini
Tak pernah sedikitpun kau menyentuh mukaku dengan tanganmu
Kau bilang takut mengotori wajahku
Tak pernah pula kau membasuhku dengan air
Kau bilang takut mengotori tubuhku
Ibu...
Beginikah sosok harapanmu?
Tampar aku jika kau mau
Aku bukanlah apa-apa untukmu
Inilah senandung sesal dari anakmu
Ibu...
Maaf
Comments
Post a Comment