Pertemuan demi pertemuan berbuah rindu. Ia mengusang. Berkarat tak berbentuk. Sebentar lagi hancur. Ia mengendap tanpa ada yang tahu. Begitu besar hingga mengalir membanjiri nadi. Jiwanya lelah menopang. Gemanya mengangkasa. Membuat sakit di dada.
Tawamu menjadi tujuan. Kucuri pandang matamu yang kian hari kian meneduhkan. Hangatmu melelehkan dinginku. Membara apimu mampu meluluhkan keras bekuku. Bergetar duniaku begitu kulihat dirimu. Berjalan, menatap satu titik, tetap begitu hingga berlalu. Dan aku, cukup bahagia hanya dengan mengamatimu.
Setiap detailmu indah menetap. Kupandangi lekat. Kuulurkan tangan meraihnya. Perlahan kugapai bintang itu. Sedikit lagi. Mataku terpejam. Menyilaukan.
Aku membuka mata. Sudah pagi. Bersiap hal itu berulang lagi, lagi, dan lagi. Kau tahu, betapa sulitnya aku ketika hendak bertanya apakah kau sudah makan atau belum? Kalimat sederhana yang tak mampu terucap. Hati semakin berontak saat diam membelenggu. Sekadar kirim pesan pun aku tak mampu. Cerita manis itu akhirnya berujung pada malam panjang. Di setiap bintang kutuliskan cerita tentangmu. Kelak, pilihlah satu bintang. Tak perlu kau pahami perasaan itu. Cukup dengan senyummu, semesta tahu betapa rindu telah mencandu.
Comments
Post a Comment