Mentari terbit dengan agungnya. Perlahan mataku terbuka. Bayang-bayang muncul memenuhi sesak. Perihal engkau yang muncul di mimpiku.
Entah bagaimana kau hadir di bunga tidurku. Kau juga lah sepertinya sudah menjadi bunga di setiap hariku. Kau pancarkan pesona menenangkan gundahku. Kau tersenyum bagai kopi mencanduku. Tak ada alasan bagiku tak menerimamu. Bagaimanapun, aku tetaplah aku. Seseorang yang menantimu bersandar di bahuku.
Kenyamanan mungkin kunci suatu hubungan. Kosongnya hati mengisyaratkan harapan. Seiring berlangsungnya pertemuan, aku ingin mengenalmu lebih. Kau seperti kopi tubruk. Lugu, sederhana, namun begitu istimewa ketika aku mengenalmu lebih dalam. Tetaplah seperti itu, menjadi racikan kopi di setiap pagi aku membuka mata.
Comments
Post a Comment