5 tahun berlalu. Buah kurang lebih 1 bulan disana adalah kenangan. Memori maha dasyat yang agung. Tawa, canda, idealisme, perspektif, gaya hidup, detail-detail pribadi mewarnai lembar demi lembar kisahnya. Saat 8 anak mencari jati diri, kokoh dengan pemikiran masing-masing dikumpulkan pada satu titik dimana mereka harus mengukir sejarah bersama. Tentu cerita yang pantas diabadikan di masa depan.
Tempat kecil dengan potensi besar. Warga yang ramah dan aktif di berbagai kegiatan, pemuda-pemuda yang handal bersepak bola, para perangkat yang membaur, dan kedelapan anak itu yang mencoba menyatukan berbagai elemen disana. Mampukah mereka melakukannya? Bisakah mereka meredam ego sendiri? Apakah sejarah akan terukir manis? Dunia membuktikan.
Hari-hari awal menjadi masa menyesuaikan diri. Mereka mencoba memahami karakter satu sama lain. Setidaknya dari perbedaan itu, mereka punya bidang masing-masing. Perbedaan memang indah. Yang sulit adalah cara menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar. Mereka lakukan itu.
Kompak, berisik, suka makan, nyanyi, tidur, begitulah mereka. Belum sifat-sifat mereka yang tak terlihat. Pada akhirnya mereka membaur menciptakan warna-warni. Hari-hari dikantongi dengan cerita sendiri. Setiap tikungan jalanan tempat itu mengandung kisah. Bagaimana mereka menelusuri jalan di malam hari tanpa lampu jalan, seperti apa malam panjang itu dilewati dengan tukar sudut pandang, dan arti kopi yang mewakilkan perasaan. Semua tersimpan rapi bersama rindu mengarungi mimpi. Lantas, kapan akan kembali?
Hari ini salah satu di antara mereka kembali kesana. Aku. Sekian lama memendam rindu sendirian, kulangkahkan kaki kembali ke tempat itu. Tempat sederhana yang mampu membuatku mengerti bagaimana menikmati secangkir kopi. Masih kuingat salah satu kawan memperlihatkan cara menyeruput kopi dengan asap masih mengepul. Hembus nafas setelah menelan cairan kopi mengisyaratkan ketenangan yang amat sangat. Kali ini aku kembali dengan kopi dan mimpi.
Aku berjalan sambil memperhatikan kiri kanan. Otakku berpikir keras mengingat jalan mana yang harus aku pilih. Kupilih satu gang yang terlihat familiar di mataku. Jalanan itu masih sama. Penerangan hanya satu, lampu motorku seorang. Satu dua kendaraan lewat berpapasan. Selebihnya hanya suara jangkrik merasuki pikiran. Malam hari di tempat itu tidak banyak berubah dari sekian tahun lalu.
Sampailah aku di rumah tujuan. Rindu terbalaskan. Tuntas. Lagi, kopi membuat suasana hangat muncul kembali. Kopi pula yang membuat obrolan mengalir manis. Malam itu semua kisah terlukis ke langit. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Perbincangan tentang mimpi dan realita. Cukup berimbang.
Bertemu dengan orang-orang yang sama tapi sudah berbeda cerita. Ada perubahan-perubahan kecil, tak mencolok. Masih membanggakan dan akan selalu seperti itu.
Rindu sudah terbayarkan. Menyisakan rindu-rindu lebih besar. Tanggal ditentukan. Tempat tujuan meraih bintang disiapkan. Api semangat tak pernah padam. Kelak kita buktikan siapa yang akan menang. Hai kenangan, bantu kami mengabadikan secarik mimpi kami. Selebihnya biar kami yang memberi bukti.
Comments
Post a Comment