Skip to main content

Cerita sebelum Pagi

Apa yang terpikirkan pertama kali saat kau mendengar kata “perpisahan”? Menyedihkan, menyakitkan, mengharukan, menyesalkan, atau salah satu bentuk kebahagiaan? Ya, barangkali beberapa perpisahan harus dirayakan dengan tawa, tak melulu berlinang air mata.

Sebuah perjalanan akan terasa menakjubkan jika dibumbui perjuangan keras di dalamnya. Lama atau singkat waktu hanya ukuran angka. Hubungan yang lama tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas pertemuannya. Walaupun sebagian besar benar adanya.

Aku mengenalnya dalam rentang waktu relatif singkat. Berawal dari tatap, segala isi dunia berubah tak lagi sederhana. Racikan tiga sendok kopi dan satu sendok gula pasir membutuhkan berbagai ramuan ekstra. Lamunan, rindu, bayangnya, serta konspirasi semesta lainnya. Empat sehat lima sempurna ditambah dirinya menjadi istimewa.

Hari-hari berjalan indah. Sungguh indah. Terlalu indah sampai aku tak menyadari bahwa intensitas aku tertawa bertambah tinggi. Sepeda motorku dan jalanan menjadi saksi bisu betapa senyumku tak berhenti merekah. Keindahan itu tampak nyata. Senyata mentari menyiangi bumi. Sejelas bulan setia mengitari bumi. Sepasrah bumi ditempa sinar mentari dan digantikan rembulan. Pun denganku, aku berserah kepada hati yang menanti pengisi.

Keberuntungan kugenggam. Tanpa peluh kudapatkan kenyataan cinta tak bertepuk sebelah tangan. Hari bahagia datang. Kita saling mengungkap sayang. Angkasa berdendang lagu kemenangan. Dua hati dalam diri anak manusia telah saling menemukan.

Dunia ikut berbahagia. Melihat kita utuh berdua. Segala rupa canda tawa menghias mengudara. Sempat beberapa kali perdebatan kecil amat kentara. Namun kita percaya bahwa cinta akan berlabuh ke muara. Emosi-emosi menjadi kekuatan magis menuju surga. Adalah ikatan kita menjadikan segala sesuatu tampak sempurna.

Lama waktu berjalan, beberapa sekat dunia memilih hubungan berkesudahan. Ada bagian di mana kita harus mendapatkan izin dalam menjalin satu ikatan. Keluarga, saudara, teman. Beberapa dari mereka kupikir diperlukan. Dengan demikian, satu pertanyaan muncul ke permukaan. Siapkah kita melawan?

Sebagai bentuk komitmen, kita menjanjikan ketulusan. Sebagian lagi adalah bentuk pertanggungjawaban. Tepat saat itulah dunia tak lagi terasa aman. Tampak kata-kata manis dibarengi bualan. Satu sisi berupa sanjungan, sisi lain mengungkap penyesalan. Tak kusangka, awal manis dapat berubah pahit jika hitam putih dunia masih menjadi alasan.

Satu langkah awal kita mengambil waktu sendiri. Memikirkan bagaimana baiknya melalui itu dan ini. Keputusan apa yang tepat dijalani, tanpa melukai. Walaupun aku memilih enggan menyudahi, menyatukan dua hati bukan melulu bicara tentang dua hati itu sendiri, kan? Ada hal-hal lain ikut menjadi isi. Isi yang tak dapat diurai. Isi yang dibawa hingga mati.

Kita berdua hebat, mampu berjalan sejauh ini. Berbagai cerita dan warna turut menggenapi. Ada saat di mana kita bermimpi. Ada pula waktu kita saling menangisi persepsi. Tibalah orang ketiga mengatur dunia yang telah kita kemasi. Ia meminta kita pergi. Ia memaksa kita berjalan berlawan arah dan saling memunggungi. Ia terus menekan kita agar tak lagi saling berbalik dan menepi. Cerita kita segera disudahi.

Racikan tiga sendok kopi dan satu sendok gula pasir itu tak ada lagi. Tersisa tiga sendok kopi tanpa gula bertabur rapi. Empat sehat lima sempurna berubah meja kosong tak bernyawa. Sepeda motor dan jalanan yang sempat menjadi saksi bisu betapa senyumku tak berhenti merekah menjadi ruang sunyi penuh gundah. Keinginan tidak saling melukai ternyata menggoreskan duka dalam yang terlalu sesak untuk ditangisi. Barangkali pergi adalah pilihan terbaik bagi kita yang berbeda gerak tangan ketika sebuah doa teramini.


 

Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?