Senja adalah satu-satunya hal
yang aku cintai saat ini. Tidak ada yang melebihi teduhnya. Pesona jingga
memanjakan mata terkadang enggan kuizinkan mata kamera ikut menikmatinya.
Keindahan ini enggan aku bagi-bagi.
Burung camar bebas sekali
menari-nari mengarungi cakrawala. Menambah magis senja membius pemujanya.
Sesekali ia mampir menyalami riak ombak. Entah mencari apa. Aku pastikan jarang
sekali ikan nampak di perairan ini.
Hai pasir, kenapa engkau diam
saja? Apa yang sedang kau pikirkan? Begitu pasrah engkau membiarkan ombak
dengan bebas dan sombong menyetubuhimu. Tidakkah kau geli karenanya? Ataukah
sebegitu cinta kau kepadanya hingga kau rela ia menyeretmu masuk ke dalam
sukmanya? Tanpa tahu ujungnya kau akan berlabuh di mana.
Ah senja, beruntung sekali kau
mendapati hati yang benar-benar kosong ini. Aku tak tahu pasti seperti apa
manusia yang mampu mengisi kosong ini. Terlalu lelah menulis cerita sama setiap
hari. Terlalu tabah melihat luka menggoresi nadi. Terlalu pasrah bagi berjuang
demi ironi.
Comments
Post a Comment