Apa kabar, Pelita? Lama tak
bersua. Baik-baiklah kau di sana. Demi senyummu, janganlah ada yang menggores
luka. Kepada binar matamu, jagalah sinarnya. Tak baik jika ada setitik sendu
menyapa. Lalu di sela-sela jemarimu, biar aku saja yang melengkapi kosongnya.
Sudah kusiapkan bingkai-bingkai romansa menjelang senja. Sembari mengantar
perginya mentari, kuantar pula engkau menuju ruang paling megah dalam
singgasana semesta. Hiduplah di sana menikmati sisa usia. Kita bersama, selayaknya
laut dan ombak enggan ada jarak di antara mereka.
Pernah sekali kutemui engkau
dalam bunga tidurku. Tidak biasanya kau hadir begitu. Di mimpiku kita berjalan
beriringan berdua saling mendekapkan telapak tangan. Aku ingat betul tepat di
tepi pantai, malam hari kita bercengkerama tiada usai. Sesekali aku berjalan di
belakangmu. Aku tak ingin tersipu jika kau tahu bagaimana mataku memandangmu
tanpa merasa kelu. Sungguh, kau kuncian segala termangu. Biar aku saja dan
dunia yang mengerti arti tatap mata ini terhadapmu.
Sweater hijau army melekat
melindungi tubuhmu dari jahatnya dingin malam. Celana krem yang kau kenakan
menambah sempurna paras pujaan. Aku masih bertahan melangkah di belakang.
Menatap punggunmu saja membuat hati tak karuan, apalagi dari depan. Rasakan
detak jantungku. Seirama dengannya pula aku mengabadikan cinta bersemayam.
Berikut ukiran nama melekat di dinding nadi. Dapatilah satu kata yang tergores
abadi di sana. Cinta, jika kelak kita tak lagi bersama, sekarang juga ajarkan
bagaimana aku menghapus coretan-coretan ini. Apalah arti memilikimu jika
melepasmu aku harus menyakiti diri sendiri.
Kau berhenti melangkah. Sontak
aku mengikuti. Tepat di bibir pantai, kau memilih menghadap laut lepas. Kau
nikmati angin lembut membelai wajahmu. Dasar angin membuatku iri. Sesekali kau
pejamkan mata. Rambutmu menari-nari lucu. Senyum tipis bibirmu sukses merebut
perhatianku. Keajaiban macam apa kini kulihat. Dari sekian juta manusia, hanya
aku yang melihat ekspresimu malam ini. Aku merasa sangat beruntung. Sejak saat
itu langkah menujumu semakin mantap. Hanya engkau yang tak kan kubiarkan
merasakan desak nestapa. Akan kucipta tawa bersamaan usia semakin senja. Tuhan,
bantu aku menggapainya.
:')
ReplyDelete