Skip to main content

Kita, Jarak, dan Sebuah Sesal

Jauh darimu bukan berarti menarik diri darimu. Sebuah perasaan muncul tiba-tiba ketika waktu kita sekarat. Matamu, senyummu, gaya bicaramu, tak ingin aku memandangnya usai. Bisakah hal-hal itu tetap ada bersamaku? Ingin kugenggam jemarimu dan tak kulepas. Menjaga senyummu adalah tugas yang ingin kusematkan pada diriku di hari-hari ke depan. 

Kau paham perkenalan kita masih seumur jagung. Tak banyak perbincangan antara kita. Obrolan mengalir apa adanya. Tak ada yang istimewa. Demikian bagiku. Semua biasa saja. Sebiasa orang-orang datang dan pergi pada masanya. 

Akan ada satu titik di mana manusia mulai berkata seharusnya. Kalimat-kalimat yang ia tujukan kepada masa lalunya. Cerminan sebuah penyesalan. 

Aku duduk diam dalam bekunya waktu. Saat pandangan mata kita bertemu. Sungguh aku tak ingin kehilangannya. Terkadang mutiara itu sedikit menyipit karena tawa. Aku bersyukur tawa itu pengaruh dari obrolan kita yang kadang tak ada artinya. Sekadar bualan anak muda yang merasa riuh. 

Melihatmu tenggelam dalam duniamu adalah kesenangan tersendiri. Saat kau serius menatap layar ponsel. Kemudian sedikit menggerutu dengan isi obrolan WhatsApp. Akhirnya emosimu meledak. Itu yang aku tunggu. Aku merasa beruntung bisa melihatmu menampilkan berbagai mimik. Dan aku diam. Aku tenggelam, ke dalammu. 

Tanganmu bebas di atas meja. Sesekali kau turunkan ke paha atau kursi. Beberapa kali meraih ponsel saat layarnya menyala. Kau angkat gelas minuman yang sedari tadi terasing. Lalu tanganmu kembali bebas. Bersamaan dengan itu aku ingin memegang jemarimu. Jari-jari kita saling mengait mengisi. Semakin erat semakin dalam rasa ini tumbuh. Imaji akan cinta memang liar adanya. 

Sangat disayangkan tentang apa yang kerap disebut terlambat. Pun kini aku terlambat menyadari sesuatu. Kepadamu kini langkahku tertuju. Doa-doa baik tentangmu tak nihil terucap dalam sujud. Demi jarak dan rembulan malam kemarin, aku ingin waktu kita lipat kembali. 

Kita bukan siapa-siapa, tapi semestaku tak ingin kehilangan kita. Seluruh kepalaku berisi namamu meski sama sekali tak ada sapa. Sekarang jarak sudah berbicara. Kuserahkan kembali pada semesta. Kelak jika jumpa, tetaplah jadi kau yang pernah menjadi bagian dari kita. Dan, jangan kau miliki siapa-siapa. Aku ingin menjadikanmu istimewa. 


Comments

Popular posts from this blog

KATA-KATA JRX SID

Kali ini Prima akan mengutip kata demi kata yang pernah dipermainkan oleh sang penggebuk drum di band perompak, Superman Is Dead. Kata-kata JRX SID Buat yg suka mlesetin 'ormas' dgn 'omas'. Sumpah joke kalian ga lucu. Dibayar pun ga akan ada yg ketawa. Adu petarung terbaik yg dimiliki rakyat dgn petarung terbaik milik ormas. Pakai cara purba ketika berurusan dgn manusia purba. Banyak yg setuju: duel adalah cara efektif mengusir ormas dari RI. Saya juga yakin, ormas akan menolak cara itu dgn sejuta alasan. Susah debat sama ormas. Mending ajak duel satu-satu, yang kalah keluar dari Indonesia. Cuma itu bahasa yg mereka mengerti. Kalian yg koar2 menuduh SID menjual fashion ketimbang musik, saya tanya balik, CD SID kalian apakah original? Band bukan parpol. Kalau parpol senang kaos nya di dibajak, band (yg ga berpikir spt parpol) akan kesal jika kaos nya dibajak. Baru saja mengalami pengalaman yg cukup sinematik: mengendarai ombak di bawah hujan lebat. It was fuk

RPP Bahasa Perancis (KTSP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan          : SMA Mata Pelajaran               : Bahasa Perancis Kelas/Semester              : XI/1 Keterampilan                  : Membaca Alokasi Waktu               : 1x45 menit STANDAR KOMPETENSI Membaca Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang “La Vie Familliale”. Kompetensi Dasar Membaca 1.        Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. 2.        Membaca nyaring kata, frasa dan atau kalimat dalam wacana tulis sederhana secara tepat. Indokator I.                     Kognitif A.       Produk 1.        Siswa mampu menentukan informasi tertentu dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 2.        Siswa mampu menggunakan adjectif possessif ke dalam kalimat. B.       Proses 3.        Siswa mampu menafsirkan makna kata di dalam teks yang bertema “La Vie Familliale”. (KD 1) 4.        Siswa mampu

Menemui Arti

Seperti seekor hamster, aku berlari di atas roda putar. Meski rasanya lelah, nyatanya aku tidak berpindah tempat. Hanya menghabiskan waktu dan tenaga yang sia-sia. Semakin kencang aku berlari, semakin tak terarah apa yang kuingini. Di saat aku ingin berhenti, dunia sama sekali tak menunjukkan kabar baik. Hari-hariku terkesan biasa saja. Tidak hujan, tidak cerah. Biasa saja. Terlalu biasa. Tanpa sisa. Seketika aku sedang menepi tanpa mencari, kau datang tanpa permisi. Kehadiranmu sungguh terasa pas walaupun bukan itu yang aku cari saat ini. Apakah mungkin justru ketidaksengajaan inilah yang membuat jalan kita begitu serasi?